Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Rabu, 06 Juni 2018

Senjata Tradisional


Di Indonesia kita kenal dengan berbagai suku - suku bangsa yang mendiami daerah daerah dan kepulauan dari Sabang sampai Merauke. Kumpulan senjata tradisional yang ada di Tanah Manakarra, disini disediakan berbagai macam senjata unik dari Mamuju yang merupakan senjata tradisional yang pada jaman dulu dipakai baik itu untuk perang atau sebagai pelengkap dalam kegiatan resmi seperti acara adat. Senjata tradisinonal ini sungguh unik dan sebagian sudah langka karena sudah jarang dimiliki oleh kebanyakan orang, akan tetapi senjata tradisional ini kini telah banyak dijadikan sebagai koleksi bagi pecinta barang antik dan banyak diburu oleh para kolektor. Berikut adalah jenis senjata Tradisional yang ada di Mamuju :
  1. Badik. Badik (dilafalkan badek) adalah senjata berupa sebuah pisau tajam dan runcing dengan pegangan yang melengkung. Bilah tajam digunakan untuk menikam, sementara ujung yang lancip digunakan untuk menusuk. Oleh karenanya senjata tradisional Sulawesi Selatan ini masuk dalam jenis senjata tikam tusuk. Badik sebetulnya tidak hanya ditemukan dalam budaya masyarakat suku Bugis, melainkan juga dapat ditemukan dalam budaya suku Makassar dan Mandar. Bentuknya yang mungil dan ukurannya yang pendek membuat senjata ini kerap dibawa kemanapun oleh para pria ketika bepergian. Selain berfungsi untuk menjaga diri dari serangan musuh atau hewan buas, juga dapat memberikan rasa aman kepada mereka.
  2. Passatimpo. Pasatimpo adalah sejenis keris yang bentuk hulunya bengkok ke bawah dan sarungnya diberi tali. Senjata ini sering digunakan oleh masyarakat setempat dalam tari-tari penyembuh yang berfungsi sebagai pengusir roh-roh jahat. Kini, Pasa timpo lebih sering digunakan dalam tari-tari kepahlawanan. Fungsinya hanya untuk membesarkan jiwa penarinya. Karena keris tidak digerakan tetapi cukup diikatkan saja pada pinggang penari sebagai hiasan. senjata tradisional ini adalah khas dari Sulawesi Tengah yang juga digunakan di Mamuju pada masa penjajahan Jenis Keris ini di pakai sebagai senjata dalam melakukan perlawanan di Mamuju, tentang keberadaan keris ini di Mamuju mungkin karena adanya hubungan kekerabatan keluarga bangsawan kerajaan Mamuju pada masa itu yang mengindikasikan adanya senjata serupa di Mamuju.
  3. Pamoras. Pamoras atau lela dalam bahasa Melayu merupakan turunan dari Cetbang adalah sejenis senjata api meriam buatan dari Masa Kerajaan Majapahit.Pada masa memudarnya kekuasaan Majapahit, banyak dari ahli meriam perunggu yang tidak puas dengan kondisi di kerajaan di Jawa yang lari ke Sumatra, Semenanjung Malaya dan kepulauan Filipina. Hal ini berakibat meluasnya penggunaan meriam Cetbang. Terutama pada kapal dagang untuk perlindungan dari bajak laut, terutama di Selat Makassar. Menurut catatan portugis yang datang ke Malaka pada abad ke-16, telah terdapat Perkampungan besar dari pedagang jawa yang diketuai oleh seorang Kepala Kampung. orang-orang Jawa di Malaka juga membuat meriam sendiri secara swadaya, dimana meriam pada saat itu sama bergunanya dengan layar pada kapal dagang. Meriam Cetbang Majapahit tetap digunakan dan dilakukan improvisasi pada zaman Kesultanan Demak, terutama pada Invasi Kerajaan Demak ke Malaka. Bahan baku besi untuk pembuatan meriam jawa tersebut diimpor dari daerah Khurasan di Persia utara, terkenal dengan sebutan wesi kurasani.Pada masa setelah Majapahit, meriam turunan cetbang di nusantara (terutama di daerah Sumatra dan Malaya) umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu :

    • Lela
    Meriam Lela berukuran lebih kecil daripada meriam Eropa, namun modelnya menarik. Banyak digunakan di kesultanan-kesultanan Melayu baik di semenanjung Malaya, Sumatra maupun Kalimantan. Meriam Lela tersebut digunakan di atas kapal-kapal dagang atau pun kapal perang kerajaan untuk menghalau bajak laut dan juga dalam perang maritim. Meriam lela juga digunakan dan dibunyikan pada saat upacara, misalnya dalam pengangkatan seorang raja, menerima tamu penting, melamar calon pengantin, dan menghormati kematian orang terpandang. Adalah istilah bahasa Melayu untuk jenis lela yang berukuran kecil, berlaras panjang dan terbuat dari besi. Istilah ini untuk membedakan dengan lela, versi ukuran normalnya. Senjata ini banyak digunakan pada abad ke-17 dan ke-18 di . Rentaka adalah meriam kecil yang berlubang laras halus (smoothbore) dan diisi dari lubang moncong laras (muzzle loading).
    Saat ini beberapa meriam cetbang Majapahit tersimpan di :

    1. Museum Bali, Denpasar, Bali. Meriam Bali kategori Cetbang ini terdapat di pelataran Museum Bali.
    2. Metropolitan Museum of Art, New York, Amerika Serikat. Meriam yang tersimpan disana diperkirakan berasal dari abad ke 14, terbuat dari perunggu dan berdimensi 37,7x16 inchi atau panjang 0,96 meter dan lebar 0,4 meter.[5]

    Berbagai penemuan meriam cetbang era Majapahit juga terjadi di :
    1. Pantai Dundee, Northern Territory, Australia pada 2 Januari 2010. Dari hasil riset oleh Department of Arts & Museum, Northern Territory Government disimpulkan bahwa meriam kecil (swivel gun) yang ditemukan terbuat dari perunggu diperkirakan berasal dari abad ke-16, sebelum penemuan benua Australia oleh penjelajah Inggris James Cook. Setelah dibandingkan dengan meriam kecil lain dari Eropa maupun asia, meriam kecil tersebut lebih mendekati model meriam kecil dari Asia Tenggara (meriam Ternate, meriam makassar, meriam bali) dibandingkan dari model eropa. Sehingga terdapat kemungkinan meriam tersebut berasal kapal makassar/bugis yang terdampar atau mendarat untuk mengambil air bersih di pantai utara Australia.[6]



      Meriam kuno jenis cetbang yang ditemukan di Pulau Selayar (Foto: Sharben Sukatanya - Selayar)

    2. Dusun Bissorang, Kabupaten Kepualauan Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan. Terdapat peninggalan meriam kuno berjenis Cetbang yang diperkirakan berasal dari zaman Majapahit. Meriam ini dalam kondisi yang cukup baik dan dirawat oleh warga setempat. Warga setempat menyebut cetbang ini ba'dili atau Papporo Bissorang.
    Pamoras atau nama yang digunakan oleh orang Mamuju adalah sejenis Rantaka yang merupakan meriam genggam yang di gunakan dengan cara di tembakkan menggunakan proyektil peluru dari bahan logam atau benda-benda tajam, Pamoras dalam bahasa Mamuju berarti "Penyembur=Poras" yang dalam penelusuran kami menemukan penutur sejarah yang mengemukakan adanya senjata seperti ini digunakan oleh Pejuang pejuang untuk melawan penjajah Belanda. Rentaka digunakan umumnya dengan menancapkan pasak di bawah meriam (disebut "cagak") di sebuah standar, atau di gelindingan rodauntuk menjadi meriam portabel yang dapat dibawa di kapal-kapal dagang Melayu, atau juga di darat. Senjata ini dahulu digunakan untuk menandakan adanya perang di laut, dan juga sinyal untuk memulai dan mengakhiri puasa pada bulan ramadhan dalam kepercayaan agama Islam. Dalam adat kerajaan, meriam ini juga digunakan untuk mengumumkan kelahiran atau pernikahan dalam keluarga kesultanan saat itu.
  4. Jambia. Jambia adalah senjata khas dari negri Yaman di Timur Tengah adalah senjata sejenis belati yang melengkung dengan ujung yang meruncing,  ukuran senjata ini rata-rata 24,5 cm dan adapula yang lebih kecil lagi. jenis senjata ini merupakan senjata yang digunakan oleh masyarakat Arab, Pakistan dan India pada umumnya. di Indonesia senjata jenis ini umumnya di daerah Sumatra, Riau sampai Mentawai dengan sebutan Baladau  adalah senjata tikam dan sayat. Pisau memiliki punggung pusat. Tepi pemotongan adalah pada sisi cekung dari pisau. Gagang baladau ini terbuat dari kayu dan mengkilap, dengan ujung yang berbentuk menonjol seperti kacang. Para selubung biasanya terbuat dari kayu dan berbentuk oval di bagian lintas tengah. kehadiran senjata jenis jambia di Mamuju diperkirakan sejak abad ke 16 M. yang dibawa langsung oleh para pedagang dari Gujarat India dan dari Yaman Timur Tengah.
  5. Tumbaq 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar