Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Kamis, 30 September 2021

Abdul Malik Pattana Endeng

H. Abdul Malik Pattana Endeng  adalah anak keempat dari La’ju Kanna I Doro atau yang digelar Tomantindo di Judda, Arajang Balanipa 1950 (1906-1927). Abdul Malik adalah adik kandung ibu Agung Hj. Andi Depu atau Hj. Sugiranna (pendiri KRIS Muda Mandar) yang secara kebetulan lahir pada tanggal 17 Agustus 1910 (kelak menjadi hari kemerdekaan Republik Indonesia).

Sosok yang satu ini adalah salah satu tokoh besar Balanipa-Mandar yang layak menyandang nama sebagai pejuang di tanah Mandar. Dan tak salah kalau disebut pahlawan pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia sebab hampir semasa hidupnya, rasa cintanya terhadap tanah air dan bangsa ini begitu dalam. Ia rela berjuang untuk dipersembahkan pada nusa dan bangsa.

Jejak-jejak perjuangannya bisa dilaihat ketika Bung Karno dan Muhummad Hatta yang dikenal Bapak Bangsa memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Diseluruh penjuru tanah air pun para pejuang kemerdekaan Indonesia menyambutnya tanda kemenangan itu.
Tak terkecuali di Mandar, para pejuang republik menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan bahwa kita telah merdeka. Mereka hendak mengibarkan Sang Saka Merah Putih. Abdul Malik yang semasa pendudukan Jepang menjabat sebagai Keresidenan Pasangkayu di Mamuju telah tiba di Tinambung Balanipa.

Dalam struktur kerajaan Balanipa, ia duduk sebagai Mara’dia Malolo (panglima perang). Selain Abdul Malik, tiga tentara pejuang lainnya juga sudah tiba di Tinambung.Di antaranya, Mahmud, Mahmudi Syarif, Amin. Ketiganya adalah bekas Komandan Pleton Heiho dan telah siap mengatur dan memimpin barisan pemuda pejuang.

Ketika mereka telah berkumpul di Tinambung dan atau sekembalinya Abdul Malik dari Mamuju, maka atas kesepakatan mareka menunjuk dua bersaudara ibu Depu dan Abdul Malik sebagai pimpinan rakyat untuk berjuang. Sedangkan pendamping utama adalah Amin Daud dan Abdul Rachman Tamma.Dalam kumpulan tulisan kenanganku, yang ditulis oleh almarhum Abdul Rauf, pada hari kamis,18 Oktober 1945 ada empat tokoh datang dari Parepare.

Mereka adalah  La Nakka, M. Amin Dg. Sutra, Manangko, Abd. Samad Hanafi. Kedatangan empat tokoh ini ke TinambungBalanipaMandar, untuk menyampaikan salam perjuangan republik. Selain itu, juga meyertakan selembar kain merah putih bendera resmi Republik Indonesia yang telah dikibarkan di Jakarta yang dipimpin oleh Bapak Proklamator Indonesia, Ir. Soekarno.

Katanya, bila di Balanipa Mandar belum dikibarkan bendera merah putih, maka sekiranya bendera inilah yang akan kita kibarkan secara bersama-sama ditanah Mandar ini. Atas kesepakatan mereka, bendera itu dikibarkan di halaman rumah Ibu Agung Andi Depu/H.Abdul Malik, tempat markas komando perjuangan rakyat Mandar.

Source: Jejak-jejak Mandar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar