Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Rabu, 06 Juni 2018

Lalangi Parrimuku

La'langi Parimuku adalah yang mula-mula mengobarkan perlawanan terhadap Belanda di Kerajaan Mamuju. Beliau adalah seorang putera dari bangsawan pemberani bernama Samani Tojaguang (Maradia Tammerodo), La'langi Parrimuku bersaudara dengan Karanene yang menjabat sebagai Maradika Mamuju, La'langi Parimuku tidak lama mengadakan perlawanan karena lekas tertangkap. Keberanian La'langi Parimuku disamping diperlihatkan di medan perang juga masih dipertunjukkan di dalam tahanan.

Setelah La'langi Parimuku tertangkap di suatu pertempuran di daerah Mamuju, Kayu Mangiwang 1906, beliau dibawa ke kota untuk ditawan. Di suatu tempat penahanan berkali-kali serdadu Belanda memaksa agar mengakui pemerintahannya, La'langi Parimuku hanya diam, apalagi untuk mengucapkan kata menyerah. Sekali lagi Belanda memasuki sel tahanan dengan maksud yang sama sekali lagi La'langi Parimuku tidak menjawab. Kecuali La'langi Parimuku minta kepada serdadu Belanda itu untuk mengambilkan tempat berludah yang dalam bahasa Mandar disebut ti'uduang yang terbuat dari tembaga (kuningan) seberat kira-kira 2 Kg. Begitu diterima dan selesai berludah dilemparkannya ti'uduang itu ke muka Belanda sampai menemui ajalnya. Atas kejadian ini Belanda yang lain segera mencabut pistolnya dan langsung menembakkan mengenai kepala La'langi Parimuku, dan gugurlah dia sebagai kesuma bangsa.

Dalam perjuangan, La'langi Parimuku mempunyai kawan seperjuangan bernama Pattolo' Pattana Sompa. Orangnya sangat gagah, berani dan ganteng. Rambutnya panjang bagaikan wanita masa dulu, hitam dan keriting, hidung mancung, kulitnya kuning langsat. Perawakan tubuhnya tinggi besar tapi tidak gemuk. 

Keguguran dan kuburan Pattolo' Pattana Sompa tidak diketahui saat dan tempatnya. Dikalangan masyarakat Mamuju pada masa itu ada dua pendapat yaitu : Luka dalam suatu pertempuran dan mundur masuk di hutan. Jalan pemunduraanya ada di antara pasukannya yang melihat tetapi tidak melihat mayat apalagi kuburannya  atau beliau ditangkap hidup-hidup oleh Belanda dan langsung dibawa ke Pulau Jawa atau ke Nederland.(Arman Husain)



---------------------------------------------------------------------------
(Sumber : Buku MENGENAL MANDAR SEKILAS LINTAS, Oleh ANDI SYAIFUL SINRANG, Penerbit Group "Tipalayo" Polemaju Mandar, tahun 1980, halaman 46 s/d 47)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar