Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Rabu, 06 Juni 2018

Kurri-Kurri Dalam Catatan Pelayaran Bangsa Portugis


Pasca kejatuhan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, banyak pedagang dari India, gujarat bahkan pedagang Melayu yang perpindah haluan mencari pelabuhan baru untuk berniaga, yang menyebabkan pelabuhan kurri - kurri sebagai salah satu pilihan yang tepat selain posisi yang strategis terdapat di titik tengah antara jalur perdagangan wilayah utara Sulawesi menuju Selatan. Pada dekade inilah pelabuhan Somba Opu Makassar menjadi sentral perniagaan wilayah timur nusantara seiring munculnya dua kekuatan besar yaitu kerajaan Gowa dan Tallo sebagai kerajaan maritim terkuat saat itu setelah menaklukkan Kerajaan Siang yang telah lama menguasai kekuatan perairan Barat Sulawesi antara 1512 - 1668.


Jan Hyugen Van Linschoten membuat peta nusantara berdasarkan informasi dari catatan Antonio de Paiva seorang misionaris sekaligus pedagang. Antonio de Paiva bersama Manuel Pinto untuk mencari kayu Cendana di pantai barat Sulawesi. Sejak melakukan perjalanan melalui Gowa dengan rute sampai Durate (Donggala?) dan Manado, Antonio de Paiva, menyinggahi pusat wilayah Kerajaan Siang dan tinggal di Siang untuk beberapa waktu, sebelum melanjutkan perjalanan ke arah utara menuju Sulawesi Tengah untuk mencari kayu Cendana (sandal wood), ekspedisi ini singgah di pelabuhan Kurri kurri sementara waktu.


Pada Peta 1619, (pulau) Celebes belum tergambarkan dalam bentuk yang sebenarnya. Hanya pantai barat Celebes yang teridentifikasi. Peta ini diduga buatan Portugis. Dalam peta, beberapa tempat yang diidentifikasi diantaranya adalah Mamoya [Mamuju?], Mandar dan Tello. Dua nama tempat yang terkenal kemudian (Gowa dan Bone) tidak/belum teridentifikasi. Namun demikian, Belanda/VOC sejak 1607 sudah menempatkan diri di Somba opu (ibukota Gowa). Apakah Gowa menunjukkan wilayah non Portugis? Lalu Belanda/VOC memilihnya sebagai pangkalan dagang pertama.


Jika kita perhatikan diantara toponim Mandar dan Mamoya [Mamuju] tampak sebuah nama yaitu Quiqui, apakah itu sebuan nama wilayah yang dikenal sebagai Pelabuhan Kurri-kurri saat ini? Jelas bahwa tidak ada nama tempat yang merujuk pada arti itu selain kurri-kurri sebuah wilayah pesisir dikecamatan Simboro tapi secara akurat belum bisa dipastikan letak secara pasti dimana lokasi pelabuhan yang dikatakan sebagai pelabuhan internasional pada masanya.


Beberapa peta awal yang dibuat oleh orang-orang Eropa awal seperti peta De Wit untuk Asia Tenggara, diukir oleh Joannes Lhulier pada tahun 1662, dan peta Isole Dell'India cioe le Molucche la Filippine e della Sonda Parte de Paesi di nuova scoperta e l'Isole de Ladri ne Mare del Zud 1683. Giacomo Giovanni Rossi (1627-1691) adalah peta yang dibuat oleh orang Italia. Pada peta ini terlihat jelas toponim Qui-qui (Kurri-kurri) berdampingan dengan Toponim Mamoya [Mamuju] berada, bahkan pada peta yang sedikit lebih tua juga terdapat dalam Peta Dekoratif Hindia Timur dari Atlas Mercator-Hondius, disana toponim untuk Kurri-kurri tertulis lebih jelas sebagai Curri-curri. 

Atlas Mercator-Hoindius

Dalam catatan sebuah buku navigasi tentang perjalanan awal bangsa Portugis  ke Nusantara yang dibuat oleh Jan Hyugen Van Linschoten seorang berkebangsaan Belanda yang pernah bekerja sebagai juru tulis di portugal, buku itu berjudul "Itinerarium neer Oost ofte Portugaels Indien" buku inilah menjadi panduan dan catatan seorang navigator Belanda Cornelis de Houtmann untuk berlayar ke Nusantara (1595-1597)


Catatan ataupun sumber sumber yang menceritakan tentang Kurri-kurri ini amat sangat kurang ditemukan baik berupa literatur maupun artefak peninggalan kerajaan, hanya ada lontrak dan sumber dari arsip arsip dan catatan pelaut eropa (Portugis) inilah yang bisa dianggap sahih untuk mengetahui eksistensi Kurri-kurri pernah ada dan berjaya di Bumi Manakarra ini.


Kurri-kurri adalah salah satu kerajaan pesisir yang ditopang oleh beberapa pelabuhan besar sehingga menjadi tujuan utama persinggahan kapal-kapal dagang yang transit menuju wilayah selatan atau utara bahkan menjadi pusat perniagaan komoditas dagang sehingga mampu menjadikan dirinya sebagai wilayah zona ekonomi yang mandiri diteluk Mamuju, inilah menjadi salah satu faktor utama terjadinya penaklukkan oleh kerajaan Mamuju oleh Tomejammeng disekitar abad ke -16.  


Setelah Tomejammeng berhasil menginvasi Kurri kurri dan berikutnya menaklukkan kerajaan Managalllang. Tomejammeng kemudian menjadikan semua rakyat Kurri-kurri ini sebagai tawanan atau budak kerajaan. Bahkan seiring waktu ada yang menjadi bagian dari kerajaan Mamuju 


”.Iyamo umbetai Kuri-Kuri, iyamo mettama joaq timbanua. Toalukalumo iyamo jari Tobone-bone. Tokuri-kurimo, iyamo jari Tokasiba. Maradikamo di mananggala (managallang), iamo jari Paqbicara, iamo jari Pue Tokasiba, apaq batua Tokuri-kurinnamo dongai naluppui anna mettamamo Pue di Kasiba.  


Kurri-kurri dalam  bahasa Mamuju adalah berarti nama sejenis unggas pemakan biji-bijian yaitu jenis pipit yang bergerombol atau berkelompok sehingga jumlahnya terlihat sangat banyak sebagaimana sering kita lihat dipersawahan atau dipepohonan jika menjelang waktu sore sampai petang, secara harfia kata meng; kurri-kurri yang bermakna seperti banyaknya burung tersebut. Atau bisa juga diartikan banyak karena jumlah masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut banyak jumlahnya karena sebagai pusat perdagangan tentunya disini telah ramai banyak didatangi oleh pedagang dan orang orang dari berbagai daerah lainnya.


Pelabuhan Makassar dan Pare-pare menjadi pemasok komoditas barang dagangan dari Mamuju melalui pelabuhan Kuri-kuri sejak Pelabuhan Makassar belum menjadi kota pelabuhan terbesar sejak tahun 1510. Kurri- kurri sangat terkenal ke dunia luar dengan komoditas eksport seperti: rotan, damar, teripang dan cangkang kura kura (tortoise shell). Cangkang Kura-kura adalah merupakan komoditas niaga yang paling populer saat itu di beberapa negara di Eropa (J.v. Mills: Journal Of The Malayan Branch Of The Royal Asiatic Society 1930 Vol. VIII.1930) 


Transformasi Makassar menjadi pelabuhan besar dimulai dari tahun 1510, ketika Ibukota Kerajaan Gowa dipindahkan dari Tamalate ke Makassar. Bandar niaga internasional Somba Opu menjadi pelabuhan transito utama bagi perdagangan rempah dari Maluku. Gowa menguasai daerah-daerah pedalaman Bugis penghasil beras dan hasil hutan. Untuk meningkatkan ekonomi, Kerajaan ini juga memperdagangkan Budak yang salah satunya disuplai dari wilayah Mamuju. Budak ini akan diganti (barter) dengan Sutera dan Kayu Cendana.


Ini menyatakan bahwa dalam masa itu perkembangan perdagangan di wilayah Mandar masih sangat didominasi oleh Pelabuhan Somba sebagai bandar niaga terbesar saat itu. Gambaran perdagangan Makassar pada permulaan abad ke 16 ini menunjukkan bahwa Makassar pada saat itu sebagai pusat perdagangan terpenting, yang berkedudukan sebagai pelabuhan internasional dan transito, bukan hanya dikawasan Sulawesi tetapi dikawasan Timur Indonesia. (Poelinggoemang, Sejarah Kebudayaan Sulawesi).


Pada saat sebelum kejatuhan Malaka ke Portugis, proses islamisasi yang dibawa oleh para pedagang Muslim hanya terpusat di pesisir Selat Malaka dan sekitarnya sehingga dampaknya tidak merata ke seluruh Nusantara. Lalu setelah jatuhnya Malaka, maka proses islamisasi pun dapat semakin berkembang luas seiring dengan berpindahnya para pedagang. Sehingga pada tahun-tahun kemudian jalur perdagangan ke timur utamanya pantai barat Sulawesi lebih ramai dari sebelumnya, seperti pelabuhan Somba Makassar, Pare-pare, Suppa, Wajo, Bone, Siang Majene, Mamuju dan Donggala. 


Bangsa Portugis adalah pemasok utama komoditas ekspor yang merupakan produk utama dari Kuri-kuri yaitu “tortoise”, torturugas atau cangkang kura-kura (Penyu) yang dianggap sebagai komoditas terbaik di Celebes (Sulawesi) saat itu melalui pelabuhan Makassar, teripan rotan, damar, pucuk cendana, kayu putih, kayu manis, rempah-rempah, lada dan lain sebagainya. (GP Rouffaer dan JW Ijzerman, De eerste schipvaart der Nederlanders naar Oost-Indië onder Cornelis de Houtman, 1595-1597. Vol.2)


Fakta tentang kekayaan tempurung penyu di Pelabuhan Sumbawa ini bukan tentang penyu besar tetapi yang lebih kecil yang disebut penyu sisik atau nama latin disebut Chelone imbricata. (Godinho de Eredia's Informação da Aurea Chersoneso" (ed. Caminha, Lisbon 1807), namun, pelabuhan Mandar (Majene) sebagaimana disebutkan sebagai wilayah utama  pengekspor Tartarugas (cangkang penyu), serta pelabuhan Mamuju dan dari Kurikuri (Curicuri) yang lagi-lagi sepenuhnya sejalan dengan fakta bahwa kura-kura terbaik masih berasal dari Sulawesi, dengan Makassar sebagai pelabuhan ekspor utama. Pertanyaannya adalah apakah kura-kura "Sumbawa" dari atas memang tidak datang dari Sumbawa Barat (Taliwang) tetapi melalui China (Lodewycksz,1915, hal. 119)


Konon Kurri-kurri sering didatangi oleh orang dari kampung tetangga dengan tujuan bertarung dan mereka adalah kebanyakan dari golongan Tobarani diceritakan bahwa disana sering diadakan adu kesaktian sehingga masyarakat disekitarnya sering berdatangan ke Kurri-kurri untuk menyaksikan duel tersebut, perjalanan ke kurri kurri ini melalui rute sepanjang garis pesisir pantai setelah air laut mulai surut, dari kebiasaan itu pula sehingga sampai hari ini dikenal sebuah wilayah pantai di Mamuju dengan nama Bonepa’as, yang berarti, daratan pasir yang muncul karena air laut surut sehingga dapat dilalui oleh orang orang menuju kurri kurri. Bonepa’as dulunya adalah perkampungan antara muara sungai dan pesisir pantai di Mamuju seperti halnya dengan Kayulangka, Rimuku dan Karema, ketika terdengar berita akan terjadi duel di Kurri-kurri maka masyarakat pesisir lainnya akan berdatangan melalui jalur pantai ketika air laut sedang surut.(narsum, 12 juni 2017).


Namun kebesaran nama Kuri-kuri tidak pernah terdengar sampai hari ini sehingga tidak banyak yang tahu secara pasti bagaimana bandar ini terbentuk dan bagaimana sampai hilang bagai ditelan bumi. Ada kecendrungan bahwa kemunduran dan hilangnya pelabuhan kurri-kurri adalah setelah adanya pengaruh dari kerajaan Gowa Tallo yang memegang kendali jalur perdagangan dikawasan Sulawesi bagian barat bahkan kawasan Indonesia Timur, pelabuhan tersebut mulai tidak ramai lagi dan banyaknya praktek perompakan dilaut kawasan Sulawesi disekitar abad XVII sampai pada awal abad XIX, tetapi fungsi sebagai pelabuhan belum berakhir sampai masuknya VOC di Sulawesi sekitar abad XVII. Dibuktikan dengan adanya informasi tertulis bahwa kapal-kapal dari eropa tidak dapat berlabuh ke pelabuhan kurri-kurri disebabkan adanya perompakan dan sergapan perahu-perahu bajak laut asal Mindanao. [Arman Husain 2018]


Sumber :

- Life and Letters of St. Xavier Francis, Henry James 1822-1893, hal;285-287.

- Islamisasi Kerajaan Gowa :abad VI sampai abad ke VII. Ahmad M. Sewang. Yayasan Obor Jakarta, Hal: 56-57.

- Sejarah Kebudayaan Sulawesi.Edward Poelinggoemang.

- Lontar Mandar yang ditransliterasi oleh A.M. Mandra 1990.

- De eerste schipvaart der Nederlanders naar Oost-Indië onder Cornelis de Houtman, 1595-1597, GP Rouffaer dan JW Ijzerman [1860-1928] – [1851-1932]  1595-1597. Vol. 2.

- De eerste schipvaart der Nederlanders naar Oost-Indië onder Cornelis de Houtman, journalen, documenten en andere bescheiden, uitg. en toegelicht door G.P. Rouffaer en J.W. Ijzerman, [1860-1928] – [1851-1932]  1595-1597. Vol. 2.

Login


Tidak ada komentar:

Posting Komentar