Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Minggu, 02 September 2018

Apa Motif Orang Mandar Ke Pesisir Teluk Tomini?


Kajian tentang migrasi orang Mandar ke bagian barat dan selatan Nusantara relatif memadai dibandingkan penyebaran orang Mandar ke kawasan utara dan timur.

Kampung-kampung Mandar ada puluhan di sekian ratus pulau di Selat Makassar, Laut Jawa dan bagian barat Laut Flores atau utara Bali dan Jawa Timur. Beberapa kampung Mandar yang pernah saya datangi langsung yang mana di situ masih kental praktek budaya-budaya Mandar (bahasa, ritual, teknologi, dll) bisa dilihat di Pulau Masalembu, Kepulauan Pagarungan, utara Pulau Bali dan beberapa pulau di Kepulauan Spermonde. Kampung Mandar juga melimpah di pulau kecil di timur Kalimantan Selatan, termasuk Pulau Laut beribukota Kotabaru.

Tidak hanya hanya itu, kajian tentang penyebaran orang Mandar tersebut sudah banyak dilakukan. Atau setidaknya menjadi bagian ketika para peneliti mengkaji penyebaran orang Bugis. Tapi bagaimana dengan penyebaran orang Mandar ke bagian utara dan timur Nusantara? Secara pribadi saya belum pernah menemukan (itu tidak berarti bahwa kajiannya tidak ada). Padahal bila ditelisik lebih jauh dan mendalam, penyebaran orang-orang yang tinggal di pesisir Teluk Mandar juga terjadi masif dan merentang ke ratusan tahun lampau.

Salah satu faktanya adalah penamaan Teluk Tomini itu sendiri yang berarti Teluk Orang Mandar. Dipikir-pikir, sepertinya itu adalah jejak orang Mandar yang paling “Wah”, yang tercatat di peta dunia. Apalagi status Teluk Tomini yang merupakan salah satu teluk terbesar di dunia. Memang sih ada juga Teluk Mandar, tapi luasnya ga seberapa dan itu wajar, kan lokasinya memang dekat.

Bukan hanya itu, daerah Gorontalo pun pernah di bawah kekuasaan orang-orang Mandar ketika bersekutu dengan Kerajaan Gowa Tallo. Hanya saja, belum ada ditemukan kajian ilmiah komprehensif yang membahas kenapa orang Mandar jauh-jauh ke Gorontalo dan pesisir timur Pulau Sulawesi ‘berkuasa’.

Menarik untuk dikaji tentang migrasi orang Mandar ke pesisir timur Sulawesi Tengah. Bukan apa, kalau kesananya menggunakan perahu atau lewat laut, itu jaraknya bisa sampai 2.000 km (hampir sama jaraknya ke utara Filipina). Meski itu bukan hal mustahil, tapi jika menggunakan jalur laut melewati utara Pulau Sulawesi, itu sulit dilakukan di masa lampau yang alasannya hanya untuk ekspansi politik. Yang paling masuk akal adalah jalur darat.

“Ya, di Sulawesi Tengah itu ada jalur di leher Sulawesi yang dulu digunakan sebagai jalur darat orang Mandar menyeberang dari Selat Makassar ke Teluk Tomini. Oleh orang penduduk asli di sana dikiranya orang Mandar orang dari gunung, padahal mereka datang dari sisi barat Pulau Sulawesi,” kata Zulkifly Pagessa yang akrab disapa Uun, pekerja seni Sulawesi Tengah kepada saya beberapa waktu lalu saat membicarakan fenomena penyebaran orang Mandar di Sulawesi Tengah.

Jika betul jalur itu yang digunakan, maka orang Mandar hanya berlayar sekira 500 km untuk kemudian jalan kaki atau menggunakan kuda melewati bagian “leher” Pulau Sulawesi yang paling ‘sempit’ menuju pantai timur. Jika ditarik garis lurus jaraknya tak seberapa, berkisar 20  - 30 km. Amat ringkas bila dibandingkan jauh-jauh berputar ke utara lalu ke ti mur (Menado) lalu turun ke selatan terus belok lagi ke barat.

Persebaran orang Mandar waktu lampau setidaknya alasannya adalah motif politik dan ekonomi. Yang paling berpengaruh menurut saya adalah yang kedua, ekonomi. Besar kemungkinan orang Mandar mencari sumberdaya alam yang banyak di Sulawesi Tengah. Seperti damar, rotan, kayu dan rempah-rempah. Di masa lampau, rempah-rempah seperti cengkeh dan lada nilainya seperti emas. Nah di kawasan Parigi (dulu) juga datang orang-orang dari Ternate – Tidore, asal rempah-rempah dunia. Dengan kata lain, orang Mandar membeli atau membarter rempah-rempah dari timur dengan produksi dari Mandar (misalnya tenun sutera) untuk kemudian rempah-rempah tersebut mereka bawa ke Makassar atau Selat Malaka.

Hal di atas masih sebatas tesis, tapi kemungkinan itu ada. Sebagaimana yang dikemukakan Andi Pertiwi Damayanti dalam “Sebuah Catatan dari Lintasan Sejarah Sulteng” bahwa “… Walaupun kerajaan di Teluk Tomini ini berasal dari Mandar, agaknya pengaruh Gorontalo/Ternate yang datang lebih dahulu lebih dominan dalam struktur pemerintahannya. Maka susunan pemerintahannya sebagai berikut: Olongian (kepala negara), jogugu (perdana menteri), Kapitan Laut (menteri pertahanan), Walaapulu (menteri keuangan), Ukum (menteri perhubungan), dan Madinu (menteri penerangan).” Artinya, memang di kawasan Parigi Moutong terjadi persilangan budaya Mandar dengan Ternate. Ada hubungan bermotif ekonomi bukan hal mustahil.

Tidak sebatas ke pantai timur Sulawesi Tengah, tapi juga sampai ke Kerajaan Banggai, terus ke Kepulauan Sula hingga gugusan pulau penghasil rempah, yaitu Ternater, Tidore, Bacan dan lain-lain. Perjalanan orang Mandar ke kawasan tersebut diperkirakan terjadi pada abad ke-16. Di masa itu, di Sulawesi Tengah terdapat sejumlah kerajaan yang cukup penting, antara lain: Banawa, Sigi, Biromaru, Tawaeli, Pontolan, Sindue, Dolo, Bangga, Tatanga, Palu, Sibalaya, Kulawi, Parigi, Kasimbar, Muotong, Lambunu, Pamona, Pekurehua, Ondae, Mori, dan Buol. Di Teluk Tomini juga terdapat kerajaan-kerajaan tua seperti Sipayo dan Bondoyo, namun sumber-sumber sejarah tentang kerajaan-kerajaan tersebut kini tidak ada lagi.

Pada abad tersebut kerajaan-kerajaan dari Sulawesi Selatan semakin memperbesar pengaruhnya di Sulawesi Tengah. Perluasan pengaruh kekuasaan ini diiringi dengan adanya hubungan perkawinan di antara para penguasanya. Kemudian datang pula pengaruh dari Mandar, terutama di kawasan pantai barat dan pantai timur Teluk Tomoni. Raja-raja Tawaeli, Kasimbar, Toribulu, dan Muotong mengaku berasal dari keturunan raja-raja Mandar.

Berdasar hal di atas, perjalanan ke pesisir timur Sulawesi Tengah perlu dan penting untuk dilakukan. Pada saat yang sama perjalanan 25 sandeq dan ratusan passandeq ke Parigi Moutung wajib untuk dicatat dalam sejarah Mandar.(Muh. Ridwan Alimuddin)

Dikutip dari :
https://ridwanmandar.blogspot.com/2015/09/apa-motif-orang-mandar-ke-pesisir-teluk.html?view=snapshot&m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar