Suatu
perkembangan baru pada abad ke 15, yaitu tampilnya beberapa kerajaan kecil di
pesisir barat jazirah selatan dalam hal kekuatan maritim, tampilnya kerajaan
Mandar dalam pengawasan jalur pelayaran perdagangan ke utara Sulawesi, semakin
ramainya pelayaran niaga dikawasan itu telah mendorong kerajaan Gowa yang
berada dibawah pemerintahan raja Tumapparissi Kollonna (1510-1546) bergiat
untuk mengembangkan bandar niaganya. kerajaan Kaili dan Gorontalo berada
dibawah kekuasaannya Pada tahun 1638 Kerajaan Mamuju menyerahkan pengawasan
Gorontalo kepada Kerajaan Gowa Makassar secara damai. [1]
Pada
tanggal 2 Mei 1888, Gubernur Belanda di Makassar datang ke Sulawesi Tengah
untuk melantik raja Benawa ke-8, La Makagili Tomaidoda Pue Nggue (1888-1902),
sekaligus menyelesaikan sengketa perbatasan wilayah kerajaan antara kerajaan
Toli-toli, kerajaan Mamuju dan Benawa. Dari konflik tersebut akhirnya VOC
membuat Lange Contract pada April 1888 untuk ditandatangani oleh raja La
Makagili Tomaidoda dan tentang pembukaan jalur laut 14 Koningklij
Paketvaart Maastchappij (KPM), Singgah sekali
dalam dua minggu adalah jalur pelayaran kapal uap perusahaan Belanda yang sahamnya dikuasai swasta, Koninklijk Paketvaart Maatschappij (KPM) itu untuk menghubungkan lalu-lintas perdagangan antara dua pusat perdagangan, Makassar di selatan dan Manado di utara, selain melegitimasi kekuasaan Belanda di masa itu bagi tata niaga perdagangan (kopra) dan juga atas Selat Makassar,[1] Yang jauh hari telah mengikat Benawa melalui Traktat Benawa
tahun 1667 yang selanjutnya mengikat Donggala (Kaili) melalui perjanjian
penyerahan emas kepada VOC pasca ditandatanganinya Perjanjian Bongaya oleh
kerajaan Gowa pada 18 November 1667 di Makassar.
Kontrak
penjualan emas kerajaan Benawa dengan VOC, mengakibatkan Belanda campur tangan
mengamankan kapal dagangnya dari gangguan perompak laut terutama bajak laut
dari Mindanao (Filiphina) yang sering menganggu jalur dagang diselat Makassar.
Sehingga pada tahun 1862 di Kerajaan Mamuju pihak Belanda menyerahkan Akta
Panjang yang ditandatangani oleh Maradika NaE Sukur, yang isi pernyataan
tersebut adalah menyerahkan kekuasaan monopoli perdagangan jalur laut Mamuju
kepada VOC. Serta penangkapan bajak laut yang harus diadili oleh militer VOC.
Adanya pengaruh kekuasaan kerajaan Mandar di kawasan ini
telah diketahui sejak kedatangan armada kapal yang diawaki oleh tiga orang
Punggawa kerajaan Mandar dan salah satunya menjadi pendiri kerajaan Moutong di Tomini.
Begitupun dengan kerajaan-kerajaan ditanah Kaili diketahui dengan adanya
kesamaan budaya dan adat dengan kerajaan dari Mamuju (Mandar) dapat diketahui
dari istilah-istilah yang dipakai untuk perangkat kerajaan, ada kesamaan dengan
penyebutan gelar yang ada di kerajaan Mamuju seperti ; Baligau, Ponggawa,
Pabicara, Madika/ Maradika dan istilah untuk Pue dan Puang yang juga dipakai
oleh kerajaan kerajaan ditanah Kaili.
Dalam
sumber sejarah yang lain adalah disebutkan bahwa cikal bakal keturunan
raja-raja di Teluk Tomini adalah berasal dari Mandar, Tomini berasal dari kata Tomene, yang berarti To= Orang, Mene = Mandar untuk penyebutan bagi meraka kepada orang Mandar. Silsilah
kerajaan Kasimbar terdapat tokoh yang dikenal dengan Arajang Patae Kaci yang kawin dengan Putri Olongian setempat. Yang
berhubungan dengan sejarah kuno tentang kedatangan ekspedisi dari Mandar
dibawah komando tiga orang ; Toriwoseang,
Magau Dianggu dan Pueta Karikaca dan Pueta Karikaca inilah yang meneruskan
perjalanan ke Teluk Tomini dan kawin di Kasimbar dan menjadi raja ditempat ini.
Di Teluk Tomini, dinasti istana Tojo dan Moutong didirikan masing-masing
oleh para pendatang Bugis dan Mandar di paruh ke dua abad 18 (Adriani and A.C Kruyt, 1912–14, I: 76; Riedel 1870b:
561)
Menurut
tradisi lisan bahwa tokoh inilah yang mengadakan penaklukkan dari Tolole sampai
ke Molosipat. Berkuasanya Sigi ke Molosipat di utara mungkin terjadi sebelum
datangnya penguasa Mandar mendirikan Moutong. Karena seorang Putri Sigi bernama
Pue Kurukere (dae Sarame) menjadi Madika di Tawaeli maka wilayah Sigi dari
Tawaeli sampai Molosipat diberikan kepada Tawaeli. Kemudia cucu dari Kurukere
ini bernama Yonggebodo (Magau ke II dari Tawaeli kawin dengan seorang Putri
bangsawan Mandar yang bernam Irawe Mas. Selanjutnya sementara anak Olongian
setempat (cucu dari Pueta Karikaca), yang bernama Pua Woli menikah dengan
Sappewali yang juga keturunan bangsawan Mandar. Kemudian Sappewali ini menjadi
raja Toribulu, dari perkawinan inilah lahirlah anak bernama Pika (Wanita) yang
kawin dengan Tombolotutu raja Moutong.
Kerajaan
Moutong adalah merupakan suatu kerajaan yang cikal bakal rajanya adalah keturunan Mandar, dalam tradisi lisan
diketahui bahwa ada kerajaan kuno bernama Kerajaan Lambunu yang rajanya berasal
dari Lampasio yang merupakan kerajaan bersaudara dengan kerajaan Toli-toli, sebelum
berdirinya kerajaan Moutong oleh Manggalatung yang merupakan anak
keturunan raja di Mandar, wilayah Lambunu ini meliputi Moutong sampai Tomini dari kerajaan Lambunu inilah didapatkan informasi bahwa ada seorang raja dari
Mamuju (Mandar) yang bernama Nae,[2]
setelah kematian istrinya lalu menitipkan putranya yang bernama Manggalatung untuk dipelihara oleh raja
Lambunu sampai dewasa. Setelah anak ini dewasa ayahnya datang menjemputnya tapi
kemudian ayahnya (NaE) mendudukkannya sebagai raja di Moutong (yang dalam
bahasa Mandar berarti mottong atau tinggal) pada tahun 1771.[3]
Sebelum Manggalatung dilantik jadi raja Moutong tahun
1778 dan telah ada perjanjian antara raja Mamuju (Nae) dan raja Lambunu, bahwa
hak raja Lambunu haruslah dihormati oleh raja Moutong dan dibuatlah suatu ikrar
“kalau raja Moutong dalam kesusahan maka
kerajaan Lambunu membantunya begitupun sebaliknya“.[4]
Bersambung...
[1] Leonard Y, Andaya. The Herritage of Arung Palakka. 1981, Hal. 19.
[2] NaE adalah nama gelar bangsawan Mamuju yang
juga adalah marga untuk menunjukkan masih keturunan bangsawan murni, tapi dari
sumber ini tidak disebutkan nama lengkapnya.
[3] Sejarah Daerah Sulawesi Tengah, Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. , Anhar Gonggong dkk. 1984. Hal. 43/44.
[4] ibid_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar