Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Kamis, 20 September 2018

Jembatan Sungai Mamuju Dan Banjir Bandang Tahun 1938 Di Mandar

Jembatan sungai Mamuju yang ada sekarang berlokasi di simpang lima jalur jalan poros Mamuju ke utara dibangun dimasa ini karena mengalami kerusakan akibat gempa bumi 6.2 M yang mengguncang Mamuju di awal tahun ini tepatnya 15 Januari lalu, mengingat usia jembatan sungai Mamuju ini sudah cukup tua sehingga pemerintah Kabupaten Mamuju berencana membangun jembatan pengganti yang lebih lebar dan kokoh dan saat ini sudah dibangun jembatan alternatif untuk dilalui sementara dalam proses pembangunan.

Fakta menarik dari jembatan di sungai Mamuju yang banyak masyarakat Mamuju tidak ketahui adalah jauh sebelumnya sudah ada jembatan Sungai Mamuju yang jadi jembatan penghubung antara kampung kasiwa (lingkungan kasiwa) dengan bagian utara yaitu kelurahan Mamunyu, kampung Tambi (kampung baru) jembatan ini dulunya berlokasi di kasiwa yang merupakan muara sungai ini, tepatnya disisi kanan pelabuhan kapal nelayan dan kapal dari pulau Karampuang. Disinilah letak jembatan sungai Mamuju pertama kali dibangun oleh masyarakat Mamuju. 

Diperkirakan jembatan ini dibangun pada masa periode kolonialisme di Mamuju atau bahkan sebelum penjajah Belanda menginjakkan kakinya di Mamuju dan ada kemungkinan jembatan tersebut dibangun pada masa Mamuju masih berbentuk kerajaan, namun sumber keterangan pastinya kapan jembatan ini mulai dibangun ini  belum bisa dipastikan. Sungai Mamuju pada mulanya bercabang dua pada sisi sungai yang sekarang adalah pelabuhan bongkar muat perahu kecil ini lebih lebar dari sisi yang satunya karena dimulut muara sungai ini terbentuk pulau kecil yang sekarang disebut (Tambongkeng) perlahan-lahan mendangkal karena endapan yang terbawa arus sungai yang pada akhirnya menutup aliran sungai disisi ini dan cenderung mengalir pada sisi yang lain.

Beberapa fakta yang menjadi sumber rujukan akan hal ini terdapat dalam beberapa dokumentasi foto foto dan arsip pemerintah Belanda bahwa disebutkan sebagai berikut; Na Mamoedjoe wordt de rivier van dien naam gepasseerd over een 4 M. breede, 57 M. lange, overdekte stevige brug en over Tambi langs aan 300 M. langen, stevigen karang dan Timboe bereikt vanwaar de weg zich voortzet afwisselend door heuvelterrein en vlakte naar het Noorden. (Nota Bevretende Het Landschaap Mamoedjoe - Indische Taal Land en Volkenkunde, hal. 46.) 

Dijelaskan bahwa; Sungai Mamoedjoe itu dilewati atau dilalui dengan jembatan yang kokoh dibuat dari batang pohon kelapa dan batang kayu dengan lebar 4 Meter, panjang jembatan 57 Meter, pada bagian atasnya tertutup oleh atap daun rumbia dan pada bahagian pondasi dari batu batu karang yang koko sebagai pondasi dan juga dasar jalanan batu dari Tambi kemudian mencapai Timboe sepanjang 300 Meter, jalanan ini terus menuju ke utara melalui medan berbukit. Data ini termuat dalam sebuah jurnal yang diterbitkan dalam dokumen berbentuk buku yang dicatat pada sekitar tahun 1910 dan terbit setahun setelahnya oleh kementrian daerah jajahan/koloni Hindia Belanda.

Keterangan ini diperkuat oleh beberapa dokumentasi foto foto yang dimuat oleh lembaga Museum Nasional Belanda dalam bentuk museum digital Tropenmuseum Nederland. Dalam keterangan salah satu foto itu menjelaskan; De houten Kasiwah-brug bij de hoofdplaats Mamudju in Mandar is door een overstroming (banjir) stuk geslagen Celebes. 
Jembatan Sungai Mamuju 1912 -1924

Dari keterangan foto tersebut kita bisa mengetahui bahwa dahulunya memang dimuara sungai Mamuju tepatnya di kampung Kasiwa yang sekarang lokasi jembatan ini berada (lihat peta dibawah) sekarang jembatan ini sudah tidak ada sejak hancur terkena dampak banjir bandang yang melanda Mamuju pada November 1938 yang juga sebagian besar melanda wilayah Mandar seperti Balanipa, Majene, Polewali, Mapilli dan Mamasa. 

Banjir yang terjadi ini karena curah hujan yang cukup tinggi dibeberapa minggu sebelumnya, Disebutkan bahwa dari informasi kantor pemberitaan Hindia Belanda di Makassar bahwa akibat dari bencana banjir ini menewaskan sekitar 65 orang dan 14 orang dinyatakan hilang dan kerusakan secara material tak terhitung diperkirakan 400 rumah penduduk secara keseluruhan di wilayah Mandar ini mengalami kerusakan yang cukup parah, termasuk fasilitas umum seperti pasar dan kantor pemerintah Hindia Belanda banyak yang rusak berat termasuk jembatan sungai Mamuju yang pertama ini.

Peta Muara Sungai Mamuju 
Lokasi Jembatan Kayu Kasiwa Pada Peta (Google Map) Dan Garis Pantai (Merah) Pada Tahun 1938

Peta Muara Sungai Mamuju




Tidak ada komentar:

Posting Komentar