Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Rabu, 06 Juni 2018

Pa'bulu Ropeq (Terjemahan)

Pada zaman dahulu ada seorang permaisuri di negeri kita sudah saatnya akan melahirkan. Datanglah sang raja kepadanya lalu bertitah, "Sekarang ini, Dinda saat-saat harinya akan melahirkan dan saya akan pergi menyampaikan undangan ke seluruh negeri di tujuh muara sungai dan tujuh hulu sungai. Undangan itu adalah akan dilaksanakannya pesta sebagai pertanda kegembiraan jika engkau nanti melahirkan seorang anak lelaki. tetapi jika ada saat kepergianku itu, lahir seorang anak perempuan, tanamlah hidup-hidup dia agar mati sebab anak perempuan itu akan mendatangkan malu bersama aib dan tiada dayanya dalam peperangan". Setelah selesai bertitah kepada permaisurinya berangkatlah pergl sang raja untuk menyampaikan undangan kepada negeri lain.

Singkat cerita, sebelum sang raja kembali, beranak lah sang permaisuri yakni seorang anak perempuan. Diangkatlah bayi itu oleh dukun beranak itu untuk dibersihkan kemudian diangkat ke samping sang permaisuri. Setelah dilihat sang permaisuri anak yang baru dilahirkannya adalah seorang anak perempuan berparas cantik dan bersih putih kulitnya. Terasalah kegembiraan yang tak terkira bagi Permaisuri dan bertitah. "Anakku, belahan hatiku, si Pa'bulu Roppe hiduplah engkau dan panjang umurmu agar semerbak bunga melati di negeri kita harumnya melintas sampai ke negeri lain". Akan tetapi, sekejap ia teringat pesan sang raja, kemudian terasalah duka cita di hatinya seketika itu dan berlinanglah air mata sang Permaisuri. Berkatalah si dukun. "Hamba melihat berlinang air mata Tuanku. Apakah gerangan yang menyebabkan duka cita itu?". "Berkatalah sang Permaisuri kepada dukun bayi itu, "Betul Dukun. berduka hatiku kalau mengingat pesan sang baginda dengan titahnya. yakni jika lahir seorang anak perempuan. tanamlah hidup-hidup bayi itu agar ia mati sebab perempuan itu akan mendatangkan rasa, malu bersama aib dan tiada dayanya dalam perihal peperangan, Jadi apakah yang harus kita lakukan sekarang ini, Dukun'?", Dukun itu menjawab pertanyaan sang Permaisuri, ”Tuanku, Keinginanku apa pun yang akan terjadi kuinginkan anak tuanmu, si Pa'bulu roppe, akan diayun-ayun. Akan dibuai-buai agar hidup dan panjang umur".




Dukun bayi itu berkata kepada sang Permaisuri, "Jika begitulah keinginan Tuanku. lebih baik anak Tuanku. si Pa'bulu Roppe, dinaikkan ke atas ruang plafon istana agar tidak dikelahui oleh masyarakat". Anak itu akan diayun dan akan dibuai-buai di atas ruangan plafon. Usul sang dukun diterima oleh sang permaisuri dan bertitahlah sang Permaisuri, "Baiklah. lakukanlah hai itu Dukun". Naiklah si dukun bersama dayang-dayang mengemasi dan membersihkan ruangan plafon istana. Kemudian dinaikkan juga seluruh peralatan ayunan, dapur, tempat tidur, dan peralalan mandi. Setelah lengkap semuanya di atas. dinaikkanlah si Pa'bulu Roppe dan naik pulalah sang permaisuri. Singkat cerita, tidak diceritakan apa gerangan penyebanya sang raja dalam perjalannya sampai nanti sang raja datang kembali selelah dua kali terjadi panen raya sejak dilahirkannya si Pa'bulu Roppe.


Tibalah sang raja di islana dan dijemput oleh permaisuri di ruangan balairung. Bertanyalah sang Raja dengan bertitah, "Di manakah bayi yang telah kau lahirkan?" Terkesiaplah sang permaisuri mendengar pertanyaan sang Raja dan berkatalah, "Ada di atas ruangan plafon istana". Bertanya lagi sang baginda, "Ada apa gerangan sehingga ia berada di atas ruangan plafon istana". Menjawablah sang permaisuri. "Ia disembunyikan sebab ia adalah seorang perempuan". Murkalah sang Baginda mendengar ucapan sang Permaisuri dan bertitah, "Kita akan mendapat malu bersama aib, turunkan ia kemari aku akan membunuhnya". Sang permaisuri memanggilnya ke atas, "Anakku Pa'bulu Roppe, turunlah ke mari Nak, engkau akan dibunuh oleh Ayahandamu". Panggilan ilu dijawab oleh Pa'bulu Roppe. "Maafkan hamba akan berpakaian dahulu". Setelah cukup tiga kali sang permaisuri memanggil ke atas ruang plafon istana, turunlah si Pa'bulu Roppe.


 


Baru tampak betis saja si Pa'bulu Roppe, betis ikan layan bulat berkulit putih bersih dilihat oleh sang Baginda membuat sang Baginda tidak sadarkan diri. Setelah tiba di ruangan istana, si Pa'bulu Roppe terus masuk ke dapur memasakkan air ke dalam mangkuk dan merendam ujung rambutnya ke air dalam mangkuk itu kemudian ditepiskan ke wajah sang Baginda, sehingga sang Baginda sadarkan diri. Berkatalah sang Permaisuri kepada sang Baginda, "Sesungguhnya tiada diketahui oleh masyarakat bila seorang perempuan ini adalah anak kita. Sebaiknya anak ini tak usah dibunuh sebab hatiku tak tega. Biarlah si Pa'bulu Roppe pergi ke negeri orang untuk mencari rezeki kehidupannya". Si Pa'bulu Roppe menjawab perkataan sang Permaisuri, "Baiklah jika itu yang dikehendaki ibundaku, hanya satu permintaanku, yakni buatkan sebuah perahu yang akan kukendarai pergi untuk mencari rezekiku di negeri orang". "Eh, Pa'bulu Roppe. Engkau harus menyamar sebagai seorang lelaki dalam perantuan". Demikian pinta sang Baginda. Singkat cerita, perahu yang akan ditumpangi Pa'bulu Roppe telah berada di pelabuhan . Orang-orang yang akan mengantarkan kepergiannya telah menunggu di sepanjang pantai pelabuhan. Setelah Pa'bulu Roppe datang dan segera akan pergi ke perahunya, semua yang akan mengantarkannya berkata, "Sesungguhnya gagah dan tampan sekali putra Baginda.




Setelah tiba di perahunya, baru saja Pa'bulu Roppe akan menarik tali layar perahunya terus ada panggilan, "Eh Pa'bulu Roppe, ke mana engkau akan pergi." Menolehlah Pa'bulu Roppe ke arah datangnya panggilan itu. Dilihatlah seekor kera berkata, "Saya akan ke Pulau Jawa". Menyahutlah sang kera, "Bolehkah aku ikut ber­samamu?”. Berkata Pa'bulu Rappe, "Segeralah engkau kemari kalau tadi saya sendirian, sekarang ini saya telah cukup dua berkawan". Lalu ditariklah tali layarnya. Saat itu memanggil juga sang tikus, sang buaya, sang kucing dan sang tekukur seperti panggilan dan jawaban sang kera itu. Semuanya dibiarkan Pa'bulu Rappe ikut bersamanya. Naiklah semuanya ke atas perahu si Pa'bulu Rope. Bergembiralah si Pa'bulu Rappe se bab banyak yang menemaninya berlayar membelah buih di lautan. Setelah sampai di Pulau Jawa, naiklah si Pa'bulu Roppe di daratan . Dilihatnya orang ramai sebab pada waktll itll beberapa raja Jawa menyelenggarakan perlombaan permainan ketangkasan. Pergilah si Pa'bulu Roppe melihat-lihat pelombaan permainan ketangkasan. Dilihatnya orang berlomba memanjat, orang berlomba memungut wijen, orang bertanding menyelam, dan orang menyabung ayam. Setelah semua perlombaan dilihatnya, pulanglah ia keperahunya dan bercerita tentang seluruh perlombaan permainan ketangkasan yang dilihatnya di daratan. Menyahutlah sang kera, "Jika perlombaan ketangkasan memanjat pohon ilu adalah bagianku" . Berkata Pa'bulu Roppe, "Bagaimana cara engkau ikut berlomba sedangkan yang berlomba adalah manusia". Berkatalah sang kera, Pa'bulu Roppe, bawalah saya ke sana nanti di sana engkau akan melihat aku sebagai manusia". Berkata juga sang tekukur, "Jika perlambaan memungut wijen itu adalah tugasku". Sang buaya berkata juga, "Perlombaan ketangkasan menyelam adalah tugasku". Sang kucing berkata pula, "Perlombaan ketangkasan ayam sabungan adalah tugasku". Sang tikus berkata, "Ketangkasan bersembunyi adalah kegunaanku". Berkatalah Pa'bulu Roppe, "Jika betul kata kalian, sebaiknya kita naik ke daratan dan kita ikut serta dalam perlombaan ketangkasan itu"

Naiklah si Pa'bulu Roppe di daratan dan diikuti oleh sang kera, sang buaya. sang tikus, sang kucing, dan sang tekukur. Tibalah mereka di arena perlombaan me manjat. Di situ terdengar pengumuman, "Siapa lagi ada ahli panjat yang mau melawan ahli panjatnya Paduka Baginda Raja ". Majulah ke depan dan sang kera berkata "Saya yang mau melawan memanjat ahli panjatnya Paduka Baginda Raja". Semua orang terkesima memandang kepada Pa'bulu Roppe betapa gagah dan tampannya si Pa'bulu Roppe dan semuanya berkata, "Baru kali ini aku melihat seorang perjaka yang sangat gagah dan tampan. Dari manakah gerangan asalnya?" Semua orang terkejut dan terkesima mendengar pengumuman Perlombaan ketangkasan memanjat pohon akan dimulai dan yang akan memanjat lebih dahulu adalah tukang panjatnya si Pa'bulu Roppe terlihatlah oleh semua orang sang kera berwujud manusia memanjat ke atas pohon kayu besar yang paling tinggi. Setelah sampai ke atas pucuk ranting yang paling tinggi, semua orang berkata "Sungguh pintar sekali memanjat, tukang panjatnya si Pa'bulu Roppe" Setelah sang kera turun, memanjat pula tukang panjatnya raja Jawa,  ia tidak mampu memanjat ke atas ranting pucuk yang telah dipanjat oleh sang kera kemudian turunlah kembali tukang panjat raja Jawa itu, jelas yang menang adalah sang kera dialah yang berhak mendapatkan taruhan bersusun-susun piring bersama mangkok emas dan berjejer juga cerek bersama gelas emas.

Terbetiklah berita kemenangan tukang panjatnya si Pa'bulu Roppe ini sampai kepada putra Baginda Raja,  itu lah yang menyebabkan sehingga putra raja datang sendiri menemui Pa'bulu Roppe. Begitu dilihatnya kegagahan dan ketampanan si Pa'bulu Roppe berkatalah putra Baginda Raja Jawa dalam hatinya. "Barangkali perempuan si Pa'bulu Roppe ini  tetapi menyamar sebagai laki-Iaki. Berkatalah putra Baginda Raja Jawa, "Masih adakah orang mu yang ingin berlomba ketangkasan menyelam, ketangkasan bersembunyi, berlomba memungut wijen dan adakah juga ayammu yang dapat berlaga melawan ayamku". Pertanyaan itu dijawab oleh si Pa'bulu Roppe. "Ada semua orangku yang ingin melawan orangmu dan ada juga ayamku yang akan melawan ayammu untuk berlaga". Singkat cerita, perihal semua perlombaan ketangkasan yang lelah disebutkan telah dikalahkan oleh orang hingga ayamnya putra raja Jawa juga kalah.

Diangkatlah semua hadiah si Pa'bulu Roppe yang berupa cerek, gelas, piring, mangkok, semuanya terdiri dari emas. Berbelasbelas biji emas, berbelas-belas juga uang, dan berbelas juga beras diangkati ke perahu Pa'bulu Roppe. Pada waktu itu sang kucing pergi berjalan-jalan ke sana kemari di dalam istana raja Jawa. Dilihatnya si kucing putra raja Jawa berbincang-bincang sesamanya putra bangsawan di Jawa. Yang dibicarakan mereka adalah merencanakan menangkap si Pa'bulu Roppe dalam pelayarannya kembali ke negeri si Pa'bulu Roppe. Pa'bulu Roppe akan dibawa kembali ke tanah Jawa sebab dia akan diperiksa apakah ia seorang laki-Iaki sejati si Pa'bulu Roppe, ataukah ia seorang perempuan. Jika ia seorang perempuan, putra raja Jawa ingin meminangnya sebab kecantikan si Pa'bulu Roppe selalu terbayang-bayang dalam benaknya. Seluruh pembicaraan didengar oleh sang kucing. Setelah selesai putra raja Jawa berbincang-bincang dengan sesamanya putra bangsawan, kembalilah sang kucing turun ke perahu. 

Setibanya di perahu berceritalah kuncing itu tentang seluruh pembicaraan yang didengamya kepada Pa'bulu Roppe bersama seluruh kawannya. Berkata sang tikus, "Tugasku lagi masuk ke daratan untuk menggigiti perapat seluruh perahu yang ada di daratan agar bocor". Berkata si Pa'bulu Roppe, "Masuklah kamu ke daratan sebab saya akan berpakaian perempuan dahulu di sini. Bila engkau telah datang kembali, saya akan naik ke lantai perahu melambaikan tangan ke darat lalu kita berlayar". Sang tikus masuk ke daratan untuk membocori semua perahu yang ada di darat. Setelah itu tikus itu kembali ke perahu. Naiklah si Pa'bulu Roppe ke lantai perahu sambiI melambaikan tangannnya ke darat. Sibuklah orang-orang di darat melihat si Pa'bulu Roppe berdiri di lantai perahunya dengan pakaian perempuan. Diturunkan semua perahu yang akan memburu perahu si Pa'bulu Roppe di tengah laut. Kecewalah putra raja lawa sebab semua perahu yang akan memburu perahu si Pa'bulu Roppe tenggelam. Singkat kata, selamatlah pelayaran si Pa'bulu Roppe sampai di daratan negerinya . Gegerlah orang-orang di darat melihat perahu serat muatan berlabuh di pelabuhan Totoli dan mereka pergi bertamu ke sana atas suruhan Tomakaka ingin bertanya, "Perahu dari manakah?". Tidak lama kemudian, kembalilah ke darat suruhan Tomakaka' memberitahukan bahwa perahu yang sarat di pelabuhan adalah perahu si Pa'bulu Roppe.

Bergembiralah penduduk negeri itu terlebih-lebih Ibunda Permaisuri mendengar berita keselamatan si Pa'bulu Roppe dalam pelayarannya. Tomakaka; mengumpulkan seluruh orang tua negeri dan mengatakan, "Mulai sekarang akan dipelihara baik-baik seluruh perempuan sebab perempuan itu adalah teman suka dan duka kaum lelaki di dalam kehidupan rumah tangga".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar