Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Tampilkan postingan dengan label Cerita Rakyat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Rakyat. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Juni 2023

Mengurai Sejarah Lasalaga Dalam Perspektif Komparatif Literatur dan Folklore Mamuju (Bag. 3)


Disini kita melihat bahwa penulis lontrak terkesan menyembunyikan fakta bahwa Tomejammeng dan Putri Badung berhubungan tanpa diketahui oleh keluarga kedua orangtuanya masing-masing. 

Dalam lontrak jelas mengatakan Maradia Mamuju setiap Malam mendatangi perahu Putri Badung ini dan sengaja menutupi jalur perahu dengan batu batu agar perahu orang Bali tidak bisa keluar dari sungai, logisnya kalau memang hubungan mereka dianggap sah tidak seharusnya ada usaha untuk menghalangi perahu orang Bali keluar dari sungai untuk kembali pulang.

Sesampai di Bali Sang putri beberapa waktu kemudian lalu mengandunglah anak dari hubungan dengan Maradia Mamuju. Namun kehamilan sang putri akhirnya di ketahui juga oleh raja saat itu dan membuat Sang raja menjadi murka sehingga Sang putri di usir dari Istana Badung dan akhirnya Sang putri yang hamil tiba waktunya akan melahirkan. 
Namun amarah raja Badung akhirnya mereda setelah mengetahui Putrinya akan melahirkan.

Dan tersebarlah berita dan sampai juga ke kerajaan Mamuju bahwa Sang putri telah melahirkan seorang anak laki-laki kembar dengan sebilah keris, ini pula yang membuat raja Badung merasa sangat sayang kepada anak tersebut. Dan seiring waktu anak itu tumbuh besar dalam lingkungan kerajaan Badung yang saat itu di bawah kekuasaan dinasti raja Kyahi Arya Tegeh Kori raja Pemecutan I. Kemudian Raja Mamuju bersiasat untuk mengambil anak tersebut yang merupakan keturunannya yang kelak akan mewarisi tahta kerajaan Mamuju. maka dikumpulkannya para pembesar kerajaan untuk mencari cara untuk mengambil anak tersebut dari kerajaan Badung.


”..Apa kaiyyangi anaq dininna di Mamuju, matemi amanna. Sauwi nala Tomamuju. Polei sau, iqdai napebei puang Bali.  Malaimi Ieqmai. Polei leqmai, marusaqmi mamuju, apaq anaq dininnamo maraqdia. Iqdamijari ande. Terjemahan: Sudah besarlah anaknya yang ada disini. Meninggallah ayahnya (Tomejammeng). Berangkatlah orang Mamuju kesana. Setibanya disana, anak itu tidak diberikan untuk dibawa pulang oleh Puang Bali. Maka pulanglah orang Mamuju, setibanya di Mamuju, kacaulah keadaan karena anaknya yang disini jadi raja. Sudah tidak ada kedamaian dan makananpun tak bisa dimakan."...Iumiddels was Badoeng geteisterd door hongersnood en deelde een orakel mede, dat zulks te wijten was nan de verbauning van de bewuste vrouw, waarop zij uit hare atzondering weer aan het hof mocht terugkeeren..” Terjemahan: ”..Sementara itu Badoeng dilanda kelaparan dan seorang peramal memberi tahu bahwa ini disebabkan oleh pengasingan wanita tersebut, setelah itu dia diizinkan kembali ke pengadilan dari pengasingannya..”


Menurut kepercayaan orang Bali bahwa di kerajaan Badung pada saat itu dilanda paceklik dan kelaparan di sebabkan murka dewa karena disebabkan di asingkannya Sang putri sehingga raja akhirnya membawa kembali Sang putri ke istana Pamecutan di Badung, dalam buku itu pun diceritakan bahwa setelah kedatangan utusan dari raja Mamuju, niat untuk membawa pulang anak tersebut tidak mendapat persetujuan dari ibunya sendiri dan para utusan itu pulang dengan tangan hampa.


Melihat kegagalan utusan yang pulang tanpa hasil tersebut, Maradika tidak berputus asa setelah beberapa waktu kemudian Maradika kemudian kembali mengadakan musyawarah dengan para pembesar kerajaan untuk mencari cara yang terbaik agar anak tersebut bisa datang ke Mamuju dan, sampai diputuskanlah bahwa untuk membawa anak itu haruslah di iming-imingi dengan sesuatu yang menarik bagi anak tersebut dan bagi raja Badung itu sendiri agar mengizinkan anak itu dibawa ke Mamuju walaupun akan di kembalikan lagi ke Badung kemudian hari.


Setelah disepakati oleh para tetua adat kerajaan Mamuju maka berangkatlah beberapa perahu yang telah dibekali dengan berbagai macam hadiah berupa perhiasan emas dan permainan gasing yang terbuat dari emas yang di pimpin oleh Sakkaq Manarang atau seorang cerdik pandai dengan pandai besi. Karena raja tidak mau keinginannya untuk kali ini gagal lagi tidak tanggung-tanggung emas yang dibawa cukup banyak sehingga disebutkan banyaknya sampai seperti dua gunung emas dan ada pula permainan seperti Juppiq  emas dan Gasing emas untuk memikat anak tersebut.

”...De prauwen hadden twee gouden tollen medegebracht, een djoepi mas met een gasing mas, waarmede het koningskind aan hoord gelokt werd. Het werd eindelijk overgehaald de klewang eveneens mede te brengen, letgeen op een goeden dag gebeurde. Hierna staken de prauwen weder in zee nadat die der Balineezen doorboord waren en dus niet konden vervolgen..” Terjemahan: ”Para prahu(orang Mamuju) membawa serta dua gasing emas, sebuah djoepi mas dengan gasing mas, yang digunakan untuk memikat anak kerajaan.  Akhirnya dibujuk untuk membawa klewang juga, yang terjadi pada suatu hari.  Setelah itu, perahu-perahu itu kembali ke laut setelah perahu-perahu orang Bali ditembus (dilubangi) dan oleh karena itu (pengejaran) tidak dapat dilanjutkan”.


Sesampainya di Badung orang suruhan raja Mamuju langsung menghadap ke istana kerajaan Badung dan mengutarakan maksud kedatangannya yaitu membawa kabar bahwa ayahanda La Salaga telah wafat dan berkehendak membawa pulang anak raja dengan menyerahkan hadiah pemberian berupa emas yang banyak kepada raja Badung, akan tetapi pemberian tersebut tidak dapat merubah pendirian raja Badung dan tetap saja menolak tawaran dari kerajaan Mamuju, akan tetapi Sakkaq Manarang tidak kehabisan akal dan tidak mau gagal untuk kedua kalinya dengan cara mempengaruhi anak tersebut dengan permainan.


Seperti yang tercantum dalam kalimat lontrak; ”...Mendulumi sau to Mamuju ummalai, nawawami sakkaq manarang, pande bassi. Polei sau, daiqmi naperoa, lqdai napebei lyamo loana, nauwa; beimaq nauttengi naong dilopi sambongi, apaq namalaiaq madondong...”

”..Iya tomo tia napogauq sakkaq manarang,  lao mappusarri inggannana lopi nilangga. Apa dappingalloi, lumajami to Mamuju,  napalaiammi anak puannga.”

”..Membueqi daiq Bali di mali-malimang, naulumi lopinna. lqdami mala sau apaq roqboqi. Polei leqmai, iyamo maraqdia.”

Pada akhirnya anak itupun terpikat untuk dibawa ke Mamuju akan tetapi Sang bunda tetap bersikukuh tidak menginginkan anak tersebut di bawa ke Mamuju walaupun telah diberi hadiah yang cukup besar. Setelah berhasil mempengaruhi anak itu bahwa jika mau datang ke Mamuju akan diberi permainan yang lebih banyak lagi. Sakkaq Manarang lantas meminta kepada Sang bunda kalau anak itu di ijinkan untuk tidur bersama-sama dengan mereka di perahu orang Mamuju satu malam terakhir sebelum mereka pulang keesokan harinya kembali ke Mamuju dan juga akan mengajari anak itu bermain gasing dan sebagai pelepas rindu untuk bersama-sama dengan anak itu terakhir kalinya yang juga anak raja dari Mamuju, maka Sang bunda tidak keberatan dengan hal tersebut karena di perahu juga ada pengawal kerajaan yang mengawasinya. Anak itupun bersama-sama dengan utusan dari Mamuju semalam suntuk bermain di dalam perahu sampai anak itu terpengaruh ingin datang ke Mamuju setelah mendengar rayuan Sakkaq Manarang, karena merasa  telah berhasil mempengaruhi anak itu Sakkaq Manarang pun merasa bahwa tidak baik membawa anak itu tanpa membawa pula kembarannya yaitu sebilah keris yang diberi nama Lasalaga.


Setelah menyusun rencana dengan matang, utusan dari Mamuju segera mengatasi pengawal anak itu dan melobangi perahu-perahu yang ada agar tidak bisa disusul nantinya jika sudah pergi, maka disuruhlah anak itu untuk mengambil saudaranya agar dibawa bersama-sama ke Mamuju yang tersimpan di dalam kamar Sang Bunda di istana dengan segera agar tidak ketahuan diambillah dengan cara sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan ibunya diambillah keris itu dengan tergesa-gesa karena takut ketahuan akhirnya keris itu tercabut dari sarungnya, dan sarungnya dan tertinggal di istana kerajaan Badung.


Keesokan harinya kapal-kapal utusan dari Mamuju telah berlayar dengan membawa anak itu beserta keris pusaka kembarannya menuju ke perairan Mamuju. Dan para pengawal yang mengetahui kejadian tersebut berencana menyusul tapi apa daya semua kapal-kapal milik kerajaan Badung telah tenggelam kedasar laut, Sang Bunda pun tidak berdaya dengan hal itu dan akhirnya merelakan kepergian anaknya.


Sesaat sebelum menginjakkan kakinya kedaratan Mamuju anak itu memberitahukan kepada utusan raja untuk menunjukkan dimana musuh-musuh kerajaan Mamuju saat itu, di Muara sungai Mamuju itu pula akhirnya La Salaga diberitahukan bahwa kelak akan menjadikan kerajaan Mamuju menjadi besar setelah menaklukkan dua wilayah adat yang ditunjukkan sebagai  musuh oleh utusan tadi yaitu hadat di Padang dan hadat di Rangas yang tak lain adalah Managallang dan Kurri – kurri.

” In de baai van Mamoedjoe gekomen vroeg de knaap, waar vijanden misden van Mamoedjoe, en werd hem Rangas en Padang gewezen. Een slag met de bekende klewang in de lucht in de richting der overmoedige stammen was voldoende om een aantal der hunnen te doen sneuvelen.” Terjemahan:  ”Sesampainya di teluk Mamujoe, bocah itu bertanya di mana musuh hilang dari Mamujoe, dan Rangas serta Padang ditunjukkan kepadanya.  Pukulan dengan klewang terkenal di udara ke arah suku yang terlalu percaya diri sudah cukup untuk membunuh beberapa dari mereka.”


Tidak lama kemudian diangkatlah La Salaga menjadi raja, tetapi karena La Salaga saat itu masih berumur sangat muda sehingga jiwa mudanya masih bergejolak dan suka berbuat onar sehingga masyarakat dan hadat kerajaan meminta agar La Salaga kembali ke Badung untuk menemui ibunya. Sejak saat itu kembalilah La Salaga ke Badung untuk menemui ibunya, akan tetapi di Badung kelakuan La Salaga semakin menjadi-jadi dengan melakukan kekacauan di Badung dengan menyerang tetangga kerajaan Badung yaitu kerajaan Sassa (Sasak).

”..Apa iqdai naulle to Mamuju apaq taqlalo begai panggauanna/ malaimi sau dibanuanna.

Polei sau, iy yaamo napogauq lumamba mamusuqi banua, iamo umbetai Sassa (?).

Malaimi leqmai di Gowa. Nairrangngimi diaja di Gowa, sirumummi to Mamuju apaq iqdai naulle, apaq marussaqmi banua, sipate-patei. lyamo nasiturqi daiq nala. Polei dongai, sialami bojap-pissanna.

Iyamo napogauq diong di Mamuju lumamba mamusuqi banua. lyamo umbetai Kurri-kurri, iyamo mettama joaq timbanua...”


Sehingga suatu saat diundanglah raja Badung oleh kerajaan Gowa sekitar tahun 1575, yang saat itu diperintah oleh I Manggorai Daeng Mammeta Karaeng Bontolangkasa  Tunijallo (1565-1590), untuk menghadiri acara pernikahan salah seorang putrinya. Raja Badung membawa serta putri dan cucunya, La salaga. Sehingga nama La Salaga itu diberikan oleh raja atau masyarakat Bugis yang hadir pula saat itu, sesuai dengan adat kebiasaan gelar bangsawan di Bone dan Gowa dengan menggunakan awalan “La, dan “I- sebagai gelar untuk bangsawan untuk tamu kehormatan. Mengingat dimasa inilah kerajaan Bone dan kerajaan Gowa dalam kondisi dibawah perjanjian perdamaian kesepakatan (Ulukanaya ri-caleppa), yang diadakan di sebuah tempat bernama Caleppa. Setelah peristiwa dibunuhnya raja ke-11, I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte, di kerajaan Bone sesaat setelah menginvasi kerajaan tersebut.


Mendengar kehadiran La Salaga di kerajaan Gowa, berkumpullah para anggota kerajaan Mamuju untuk memanggil kembali La Salaga ke Mamuju, berhubung karena kosongnya tahta kerajaan karena raja Mamuju Tomejammeng telah wafat (1575) saat itu, sehingga kondisi kerajaan tanpa seorang raja telah banyak terjadi konflik di internal istana kerajaan Mamuju bahkan sampai terjadi pertumpahan darah, maka berangkatlah beberapa punggawa kerajaan dan Tobarani ke Kerajaan Gowa.


Pada akhirnya La Salaga bersedia juga kembali ke Mamuju dan dinobatkan menjadi Maradika pada tahun 1580, dan menikah dengan kerabat terdekat dari ayahnya, La Salaga hanya lima tahun menjabat sebagai raja dengan keris Pusaka Manurung penaklukan kerajaan Kurri-kurri dan Managallang akhirnya terwujudkan oleh La Salaga, kesaktian Keris Pusaka Manurung akhirnya membawa kerajaan Mamuju mencapai puncaknya dengan menggabungkan wilayah taklukkannya dan membentuk sebuah kerajaan besar yaitu kerajaan Mamuju yang di pusatkan di Tarambang adalah kerajaan Mamuju sebelumnya yang bernama kerajaan Langgamonar. Sejak saat itu wilayah kerajaan Mamuju di tentukan batas-batasnya setelah dikalahkannya Ringgi dan Bunu-bunu melalui sebuah kesepakatan perjanjian Kalumpang, yaitu mulai dari Pembuni[8], sampai ujung batas Mamuju di Lalombi[9], dan sampai Lebani, yaitu seberang sungai Simboro (Desa Sumare), atau mulai dari tanah Kaili (Sulawesi Tengah), di sebelah timur berbatasan Luwu (Sulawesi Selatan).


Referensi :
[1] Mengenal Mandar Sekilas Lintas. A. Syaiful Sinrang . 2001. Hal : 8
[2] Indische Taal Land en Volkenkunde Deel LIII, NOTA BEVATTENDE EENIGE GEGEVENS BETREFFENDE HET LANDSCHAP MAMOEDJOE_ Legende omtrent de rijkssieraden. Bijlage VII/53. hlm:  150-152.
[3] Dalam Lontar Mandar disebutkan Raja Mamuju yang pertama bergelar Nenek Tomejammeng.(A. M. Mandra,1991).
[4] Dalam terjemahan lontara Mandar, yang ditransliterasi oleh A.M, Mandra tahun 1991, dikatakan bahwa Maradika telah memperistri putri Bali, dan putri sampai mengidam dengan meminta berbagai macam buah-buahan dan kerang laut.
[5]Juppiq sejenis permainan tradisional yang terbuat dari batok kelapa yang bentuknya seperti hati.
[6]Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
[7] Sakkaq manarang adalah orang cerdik (pandai besi) dari istana kerajaan.
[8] Pembuni adalah kawasan hutan yang dihuni suku-suku pribumi disebut topembuni (orang yang bersembunyi) disini yang dimaksud adalah suku terasing yang mendiami sekitar di wilayah Nunu (Palu) sampai Pasang Kayu atau yang sering disebut suku Torominggi (Binggu) yang saat itu dikuasai oleh kerajaan Mamuju.
[9] Lalombi merupakan wilayah administrasi di kecamatan Benawa, Kab. Donggala Sulawesi Tengah.
[10] “Lontar Mandar” yang ditransliterasi A. M. Mandra pada tahun 1991 (bagian dari Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Artikel premium silahkan hub.0856-5726-6525 (Wa)


Jumat, 09 Juni 2023

Mengurai Sejarah Lasalaga Dalam Perspektif Komparatif Literatur dan Folklore Mamuju

La Salaga dengan Keris Pusaka Manurung atau Keris Badung adalah mitos yang tak surut oleh zaman tak lekang oleh waktu dalam sejarah peradaban Mamuju. Cerita ini menjadi sebuah legenda yang berbalut mitos, sehinga cerita kesaktian pusaka Manurung menjadi bahan perbincangan dan perdebatan oleh kalangan budayawan dan penggiat sejarah di kabupaten Mamuju, menjadi sebuah cerita yang melegenda dengan gelaran ritual adat “Massosor Manurung” atau pencucian pusaka ini. Lasalaga dan Pusaka Keris Manurung adalah dua hal yang tidak terpisahkan karena dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat Mamuju sebagai pasangan legendaris antara benda pusaka dan seorang manusia yang dilahirkan secara bersamaan.

Cerita legenda ini sangat menarik untuk kita kaji bersama, pertama karena cerita legenda ini merupakan simbol kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Mamuju sebagai kerajaan yang ada di Mandar dengan kerajaan Badung yang berada di pulau Bali sehingga secara historis kerajaan Mamuju memiliki hubungan istimewa yang sampai hari ini masih terjaga. Yang kedua adalah karena cerita ini sudah sangat melegenda sehingga nilai nilai sejarah yang terkandung dalam cerita ini begitu kuat dalam ingatan dengan alur cerita yang melahirkan banyak kontroversi dari penuturan yang berbeda beda, ada beberapa versi cerita tapi nama tokoh dan alurnya tetap sama misalkan ada yang mengatakan bahwa Pusaka Manurung adalah keris yang berasal dari kerajaan Badung ada juga yang mengatakan berasal dari rahim ibunda Lasalaga atau kata lain lahir kembar dengan Lasalaga. 

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menguji dan mengkaji seperti apa cerita ini dalam metode berfikir yang lebih logis baik melalui pendekatan secara historis maupun pendekatan secara ilmiah dengan mengkomparasi beberapa data - data baik berupa literatur seperti lontrak Pattodioloang Balanipa Mandar, Lontrak Kurungan Bassi maupun data dari sumber naskah lainnya seperti arsip maupun beberapa data silsilah. Mengingat cerita legendaris ini diperkirakan terjadi pada periode abad ke 16 M. Dimasa ini kerajaan Mamuju belum menjadi sebuah kerajaan besar atau sebelum kerajaan Kurri-kurri di Selatan dan Managalllang dibagian Timur ditaklukkan oleh kerajaan Mamuju.

Cerita epik Lasalaga ini merupakan tutur lisan masyarakat Mamuju dengan segala kontroversi yang melatarbelakangi peristiwa dalam kisahnya. Lasalaga dikisahkan sebagai romantika percintaan antara dua manusia di Kerajaan Mamuju (Mandar) dan Kerajaan Badung (Bali) pada akhir abad ke 16 Masehi. Semula kami hanya mengambil sumber penulisan yang berasal dari sebuah manuskrip kuno berupa lontrak yang sudah ditransliterasikan kedalam bahasa Indonesia yang kemudian dijadikan satu buku. Berikut adalah kutipan yang tertulis dalam lontrak Pattodioloang Mandar :

Diammo pole puang Bali. Mera-arappuang tobainena Bali. Diammo uppessanni Maraqdia di Mamuju. Nauwamo maraqdia di Mamuju; Sauo mieq uragai. Sau-mi diuragai. Nauwamo tosau; inggae tama dibinanga. Mettamami dibinanga. Di lalani dibinanga, naummi maraqdia Mamuju di Lopinna, mallaulimmi naung maraqdia di Mamuju dilopinna Tomalolo. Bongi-bongi tomi tia mattambung to Mamuju batu binanga. Apa mauammi namalai Puangnga Bali dimaraqdia Mamuju. Meqitai lao mali-malimang, menggittir dami bondeq tangnga, iqdami mala messung lopinna, mattommi di Mamuju. Napebainemi
maraqdia Mamuju. Mangidammi, apamo nangidanni, tirang, iamo anna maqandemo tau tirang. Maqangidanni toi bua-bua aju apaq iamo nangidanni. Battangi, malaimi sau di banuanna. Polei sau meanaqmi tommuane, siolami dipeanang kobiq. Iyyamo disanga Lasalaga.

Sehingga suatu hari datanglah kapal-kapal dari kerajaan Badung- Bali berlabuh di kawasan pantai namun kapal kapal tersebut belum merapat dipelabuhan kasiwa. Baru setelah seorang masyarakat melaporkan kepada Maradia (raja Mamuju) bahwa ada rombongan kapal yang mendekati perairan Mamuju. Berkatalah Maradia ”Sau o mie' uragai ” makna kata ”uragai” berarti menemui atau menyuruh untuk menemui rombongan kapal itu. 

Maka berangkatlah orang suruhan Maradia menuju rombongan kapal orang Bali dan memerintahkan mereka untuk masuk ke muara sungai dan merapatkan kapal - kapal mereka ke dermaga (labuang) ”...Sau-mi diuragai. Nauwamo tosau; inggae tama dibinanga. Mettamami dibinanga. Di lalani dibinanga. naummi maraqdia Mamuju di Lopinna”. 
Kutipan lontrak menjelaskan bahwa setelah rombongan kapal -kapal orang Bali merapat ke tepian pantai Mamuju tepatnya didekat muara sungai Mamuju disebuah perkampungan yang disebut Kasiwa maka Maradia segera mengutus seseorang untuk menemui rombongan kapal orang - orang Bali dan Maradia memerintahkan untuk masuk ke muara sungai untuk berlabuh.

Penulis lontrak mengisyaratkan bahwa di dalam salah satu kapal tersebut membawa beberapa keluarga kerajaan Badung dan beberapa perempuan yang diceritakan memiliki paras yang cantik, sehingga disebut ”meraarrapuang tobainena bali” kalau kita mengartikan bahwa makna merrarapuang terdiri dari dua suku kata yaitu merrara - puang bermakna merarra = (berdarah), Puang : (bangsawan), atau Perempuan Bali yang berdarah bangsawan. 

Tentang maksud kedatangan orang - orang Bali ini dalam lontrak tidak disebutkan. Pendapat lain mengatakan bahwa kedatangan orang Bali adalah bertujuan untuk menghadiri undangan pesta makan atau kenduri seperti yang ditulis oleh Abdul Rasyid Kampil dalam tulisannya (Balada abad ke XVI Masehi). 

Bersambung....
Login


Mengurai Sejarah Lasalaga Dalam Perspektif Komparatif Literatur dan Folklore Mamuju (bag.2)

Mengenai cerita legenda Lasalaga ini salah satunya telah ditulis dalam sebuah kumpulan catatan arsip berbahasa Belanda pada judul halaman ”Nota bevattende eenige gegevens betreffende het landschap Mamoedjoe”. Dalam TIJDSCHRIFT VOOR INDISCHE TAAL, LAND, EN VOLKENKUNDE. Terbit pada tahun 1911 Oleh Kumpulan Masyarakat Seni Dan Ilmu Batavia. Yang disusun dan ditulis kembali oleh DR. Ph. S. Van Ronkel. Pada sub judul; Legende omtrent de rijkssieraden.

 ”Op een goeden dag ankerde in de monding der Mamoedjoe rivier de prauw van den Balischen vorst van Badoeng, die herwaarts gekomen was om hanen gevechten bij te wonen. Diep verborgen in de prauw bleef zijn dochter”.
Terjemahan: ”Suatu hari, di muara sungai Mamudjoe, perahu raja Badoeng Bali yang datang ke sini untuk menonton sabung ayam berlabuh di muara sungai Mamujoe.  Putrinya tetap tersembunyi jauh di dalam prahu”.

Dalam catatan tersebut seolah bahwa kedatangan raja Bali ke Mamuju bertujuan bukan untuk menghadiri undangan untuk acara adat seperti yang sering di ceritakan akan tetapi untuk menghadiri undangan dari raja mamuju untuk mengadu ayam (sabung) dari Mamuju dengan ayam dari kerajaan Bali dan diantara mereka seorang perempuan yang cantik ikut pula dalam kapal rombongannya jauh tersembunyi dalam sebuah kamar di dalam perahu tersebut sehingga terdengarlah oleh raja Mamuju tentang kecantikan Putri Badung tersebut. 

”De zoon van den Maradia, die toenmaals aan het bestuur en gehuwd was met de dochter van den eersten tomakaka der Sinjonjoi. nenek Deilomale, hoorde de schoonheid van het Balische meisje roemen, wist de wachters met veel geld om te koopen en verbleef een nacht bij de schoone”.
Terjemahan: ”...Anak laki-laki Maradia yang saat itu sedang dalam pemerintahan, dan menikah dengan putri tomakaka pertama Sinjonjoi, nenek Deilomale (Daeng Lumalle).  Mendengar kecantikan gadis Bali dipuji, menyuap penjaga dengan uang banyak dan menginap semalam dengan si cantik..”

Anak laki-laki Maradia (raja) yang dimaksud adalah Tomejammeng anak dari Maradia Pue Todipali. Tomejammeng yang saat itu sebagai Maradia Mamuju sebenarnya terlebih dahulu sudah menikahi anak dari Tomakaka Padang (Sinyonyoi) yaitu cucu Daeng Lumalle bernama Topelipaq Karoroq, dari pernikahan pertamanya ini lahirlah seorang putra bernama Puatta di Mamuju dan garis keturunannya menjadi raja berikutnya di Mamuju. 

Secara jelas ini tertulis dalam Lontrak ;”...Tomejammeng mo mappakaiyyang litaq di Mamuju, iya tomo nipenang siola kobiq,  Sialami masapo pissang, Anaqmi Puatta di Mamuju, Puatta mo di Mamuju upeanani Tomatindo Disambajangnga, Tomatindo mo Disambajangngga uppeannani Tomatindo Dipuasana...” dan ”... Apa kaiyyangi anaq dininna di Mamuju, matemi amanna. Sauwi nala Tomamuju. Polei sau, iqdai napebei puang Bali. Malaimi Ieqmai. Polei leqmai, marusaqmi mamuju,  apaq anaq dininnamo maraqdia. Iqdamijari ande..”

Setelah menganalisa maksud kalimat lontrak dan catatan arsip diatas jelas kita bisa mendapatkan satu kesimpulan bahwa ”siala mosapopissang” dari pernikahan Tomejammeng dengan sepupunya Topelipaq Karoroq inilah yang melahirkan seorang anak bernama Puatta di Mamuju dan seterusnya adalah keturunannya yang menjadi raja di Mamuju. Maksud dari ”ana' dininna” adalah anaknya yang dari pernikahan sebelumnya. 

Selanjutnya Tomejammeng melihat sendiri kecantikan Sang Putri dan akhirnya menjalin suatu hubungan dan menikah hingga si perempuan mengidam. Berbeda dengan catatan arsip yang mengatakan mereka menjalin hubungan tanpa diketahui oleh siapapun sampai saat kembali pulang ke tanah Bali; 
"..De niets kwaads vermoedende vorst zeilde naar Bali terug en moest weldra outwaren dat zijne dochter zwanger was. Vol verontwaardiging verstiet hij haar en schonk zij in de wildernis het leven aan een zoon...". Terjemahan: ”Raja yang tidak curiga itu berlayar kembali ke Bali dan segera mengetahui bahwa putrinya hamil.  Dengan dipenuhi kemarahan, dia (raja) menolaknya, dan dia melahirkan seorang putra di padang gurun”. 

Sedangkan lontrak mengatakan : ”... naummi maraqdia Mamuju di Lopinna, mallaulimmi naung maraqdia di Mamuju dilopinna Tomalolo..” dan ”...Napebainemi maraqdia Mamuju. Mangidammi, apamo nangidanni, tirang. Iamo anna maqandemo tau tirang. Maqangidanni toi bua-bua aju apaq iamo nangidanni. Battangi, malaimi sau di banuanna. Polei sau meanaqmi tommuane..”. artinya; Turunlah raja Mamuju ke perahu wanita yang cantik itu (putri Bali) dan diperistrilah oleh raja Mamuju. Ngidam-lah, ngidam kemauan untuk makan tiram (sejenis kerang laut) itulah sehingga kita (orang Mamuju) juga makan tiram, dan juga buah-buahan yang diinginkan, Hamil-lah, sehingga pulanglah dia kekampungnya (Bali) sesampainya disana dia melahirkan anak laki-laki. 

Diceritakan bahwa setiap malam ketika mengunjungi putri Badung di kapal, di setiap malam pula beberapa orang suruhan raja turun kesungai untuk menutup jalur kapal dengan batu-batu agar kapal tersebut karam dan tidak bisa keluar dari muara sungai. Ada kesamaan alur cerita dari lontrak dan arsip namun berbeda menceritakan dalam hal hubungan antara keduanya, dalam lontrak dikatakan mereka menikah (napebaine) artinya memperistri putri Badung tapi dalam catatan arsip Belanda itu adalah kebalikannya. (Arman Husain 2023).

Login


Selasa, 18 Januari 2022

Si Cantik Samindara (Bag. 2)

Tak berapa lama setelah tertidur Kunjung Barani lalu terbangun dan segera melangkah menuju ke tempat perahunya ditambatkan untuk segera berangkat menuju Pulau Sabakkatan. Tak lama kemudian Samindara menyusul Kunjung Barani ke perahunya untuk bersama sama berlayar ke pulau Sabakkatan. Tapi Kunjung Barani tidak mengizinkan Samindara ikut berlayar bersamanya, mungkin karena Kunjung Barani berfikir perjalanan menuju pulau Sabakkatan ini amatlah jauh dan sangat berbahaya jika Samindara ikut serta bersamanya. Namun Samindara bersikukuh untuk ikut dan tidak mau melepaskan pegangannya diperahu Kunjung Barani, hal tersebut membuat Kunjung Barani marah dan memukul tangan Samindara dengan dayungnya maka tangan Samindara pun terlepas dari perahu. 

Dan tak lama kemudian perahu Kunjung Barani segera berlayar ketengah lautan menuju pulau Sabakkatan. Samindara yang ditinggal oleh Kunjung Barani merasakan kekecewaan yang mendalam dan sangat sedih karena tidak ikut berlayar ke pulau Sabakkatan bersama Kunjung Barani. Samindara pun kembali ke tepian pantai dan dalam perjalanan pulang ia bertemu dengan seorang nelayan lantas Samindara berpesan pada nelayan tersebut " Tolong sampaikan pada Kunjung Barani jika suatu hari nanti dia kembali dan aku telah meninggal dunia, sampaikan bahwa datanglah ke kuburanku dan taburilah dengan Ringgit emas dan pagari sekelilingnya dengan bunga-bunga emas". Demikianlah pesan Samindara pada nelayan tersebut. 

                      Ilustrasi Samindara

Setelah beberapa bulan berlayar akhirnya Kunjung Barani tiba di pulau Sabakkatan, dan mulai membuat sebuah tempat tinggal. Tak lama kemudian pada suatu hari Kunjung Barani tertidur dia pun bermimpi melihat dirinya memancing dilaut tapi anehnya dia bukannya mendapatkan ikan malah mendapat seekor rusa, dia juga bermimpi sedang berburu dihutan malah mendapatkan seekor ikan. Setelah mendapat mimpi yang aneh itu, Kunjung Barani berfirasat bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya, dia pun segera mengingat Samindara yang telah dia tinggalkan dan akhirnya Kunjung Barani berniat untuk segera kembali pulang untuk menemui Samindara kekasihnya. 

Setelah berselang beberapa lamanya akhirnya perahu Kunjung Barani sampai juga di tepian pantai dan dia pun mendapati nelayan yang kebetulan tinggal disitu, nelayan tersebut tiba-tiba saja teringat akan pesan Samindara beberapa waktu yang lalu, kemudian nelayan itu menanyakan siapa dirinya dan apakah mengenal Samindara dan menceritakan pesan Samindara pada Kunjung Barani. Kunjung Barani pun kaget dan sangat terpukul dengan berita kematian Samindara lantas dengan kesedihannya Kunjung Barani menanyakan kepada nelayan tadi dimana kuburan Samindara berada. Karena merasa tidak percaya dengan kematian Samindara itu, Kunjung Barani kembali bertanya pada nelayan tersebut kalau dia tidak yakin Samindara telah meninggal secepat itu. Nelayan itu kemudian berkata pada Kunjung Barani " Mengapa engkau tidak percaya semua ini, bukankah engkau yang telah meminta untuk berguru dan mendapatkan ilmu memikat hati perempuan pada seorang kakek di Toraja untuk mendapatkan cinta seorang Samindara..?" Kunjung Barani hanya terdiam dengan seribu penyesalan dalam dirinya dan akhirnya meminta untuk diantar ke lokasi kuburan Samindara berada.

Setelah mengetahui dimana kuburan Samindara berada, Kunjung Barani tak berselang lama sudah menyiapkan beberapa koin Ringgit emas dan beberapa bunga bunga terbuat dari emas demi untuk memenuhi permintaan dalam pesan Samindara sebelum meninggal. Dalam rasa duka yang menyelimuti hati Kunjung Barani ditaburkanlah koin koin emas itu dan memagari kuburan Samindara dengan bunga-bunga emas. Kunjung Barani kemudian  berniat kembali keperahunya dan melanjutkan perjalanan entah kemana diapun tidak tahu arah lagi, sebelum sampai ke tepian tempat perahunya ditambatkan, Kunjung Barani berfikir untuk membawa bekal air minum yang cukup selama perjalanannya. Dicarilah sumber air tersebut berada dan kebetulan dia menemukan sebuah sumur yang banyak airnya lagi jernih, sebuah sumur batu yang tepat berada dibawah sebuah pohon beringin besar dan lebat. Diambillah bambu dan batok pinang buat menimba air sumur itu, disaat Kunjung Barani menimba air terlihat nampak wajah Samindara diatas permukaan air sumur itu, Kunjung Barani penasaran setelah bayangan wajah Samindara yang cantik perlahan hilang dan tak lama kemudian Kunjung Barani yang sudah menimba air tak sengaja mendongak keatas pohon beringin dan tiba tiba muncul lagi sosok Samindara diatas pohon, karena rasa penasarannya Kunjung Barani berbicara pada bayangan sosok Samindara yang ada diatas pohon beringin dan mengajak Samindara untuk turun menemuinya. Jelas bahwa sosok tersebut adalah arwah Samindara atau mahluk ghaib yang menyerupai Samindara tentunya hal itu sangat menakutkan bagi siapapun yang mengalaminya tapi bagi Kunjung Barani dia tidak sedikitpun merasa takut sehingga pantaslah namanya disebut Kunjung Barani karena jiwanya yang sangat pemberani. 

Sosok Samindara yang diajak Kunjung Barani turun itupun akhirnya turun juga mendekati Kunjung Barani dibawah. Kunjung Barani yang tidak lagi berfikir jika yang bersamanya bukanlah Samindara tapi mahluk halus itu karena rasa cintanya kepada Samindara sehingga tidak lagi berfikir siapa sebenarnya yang sedang bersamanya. Setelah mereka duduk bersama sama sambil bercakap-cakap dibawah pohon itu, Kunjung Barani merasa lapar dan mengajak Samindara untuk makan bekal yang akan dibawa berlayar tadi. Merekapun berdua makan bersama, karena sangat lapar Kunjung Barani yang berapa hari lalu tidak bernafsu makan kini lahap makan dan merasa senang karena sedang ditemani Samindara. Kunjung Barani tanpa sadar sudah dua kali menambah nasinya sedangkan Samindara tidak berkurang nasinya sedikitpun malah nasi itu banyak yang berhamburan ditanah. Melihat hal tersebut Kunjung Barani bertanya pada Samindara " mengapa hanya makan sedikit sepertinya nasi yang ada di depanmu tidak pernah berkurang ?" Lantas Samindara menjawab " Itu karena saya bukan lagi manusia melainkan arwah sedangkan kamu itu manusia, kita sudah berbeda alam aku sudah meninggal dan kita tidak akan bisa hidup bersama" mendengar jawaban Samindara hatinya sangat sedih sampai sampai Kunjung Barani meneteskan air mata. Dengan nada bicara yang diliputi kesedihan Kunjung Barani kemudian kembali bertanya " bagaimana caranya agar aku bisa terus bersamamu" Samindara kemudian berkata "petiklah buah mangga untukku yang dahannya menjulang lurus keatas diseblahnya ada dahan yang menghadap ke matahari terbenam dan yang sebelahnya lagi dahan yang  menghadap kearah matahari terbit". Mendengar jawaban sekaligus permintaan Samindara tersebut akhirnya Kunjung Barani mencari pohon mangga yang ada didekat situ dan kebetulan ada pohon mangga yang berada dekat dengan kuburan Samindara yang besar dan tinggi, dipanjatlah oleh Kunjung Barani pohon itu sampai keatas dahan yang paling tinggi untuk mencari buah mangga yang ada ditengah tengah dahan yang disebutkan tadi. Setelah dicari-cari Kunjung Barani akhirnya menemukan ciri-ciri tiga dahan itu dan ditengahnya ada dahan muda yang lurus keatas disitulah ada buah mangga yang masih muda, tanpa pikir panjang lagi Kunjung Barani berusaha untuk menggapai buah mangga tersebut tanpa memikirkan resikonya dahan itu bisa patah karena masih muda dan rapuh, dan benar saja setelah tangannya bisa memetik buah mangga itu, dahan yang dipijak Kunjung Barani pun patah tidak mampu menahan berat badannya, seketika juga Kunjung Barani jatuh dan terhempas ketanah dan mati saat itu juga. Demi seorang wanita cantik yang telah menarik hatinya Kunjung Barani rela melakukan segala sesuatu yang bisa membuatnya menderita dan mati dan jasadnya konon dimakamkan berdekatan dengan Samindara. 
(Arman H-2022)

Sabtu, 09 Oktober 2021

Si Cantik Samindara - Cerita Rakyat Mamuju


Dahulu kala ada empat orang bersaudara, satu orang tinggal di tempat arah terbitnya matahari yang satunya lagi tinggal ditempat arah terbenamnya matahari, sedangkan yang duanya lagi tinggal di sebuah tempat bernama Rante Kamande. Yang menetap di tempat arah terbitnya matahari mempunyai satu orang anak perempuan bernama Icci Elari Bittoeng, sedangkan yang tinggal menetap diarah matahari terbenam mempunyai satu orang anak perempuan bernama Inae Kaca Kamummu. Yang menetap di Rante Kamande saudara yang satunya mempunyai anak perempuan yang bernama Samindara dan yang satunya lagi punya anak laki-laki yang bernama Kunjung Barani.

Setelah Kunjung Barani dan Samindara telah berumur dewasa, Kunjung Barani suatu hari datang ketempat bermain bola raga dekat dengan rumah bibinya untuk bermain sepak raga. Dan suatu kejadian Kunjung Barani tidak sengaja menendang bola raganya kuat kuat dan melambung tinggi keatas langit namun naas bola raga itu jatuh diatas atap rumah Samindara, dan kebetulan memang Samindara ada di dalam rumanya dan mengambil bola tersebut dengan memanjat ke atap rumahnya lalu dilemparkannya kebawah. Karena memang sebelumnya Samindara tidak mau dilihat oleh laki laki manapun tapi disaat akan melemparkan bola raga tersebut maka terlihatlah tangannya oleh oleh Kunjung Barani.

Begitu setelah melihat tangan Samindara, Kunjung Barani langsung mendatangi rumah bibinya dan berkata “ Bibi aku melihat tangan seorang gadis tadi saat melemparkan bola ragaku, apakah bibi ada tinggal bersama seorang perempuan ?” Bibinya lantas menjawab” Ooh itu bukan perempuan siapa-siapa melainkan dia adalah sepupumu sendiri” jawab bibinnya, mendengar itu Kunjung Barani langsung diam dan berbalik badan pulang kerumahnya. Kunjung Barani yang baru tahu ternyata punya saudara sepupu seorang perempuan, membuatnya berfikir dan jadi penasaran bagaimana rupa sepupunya Samindara yang baru dia ketahui. Maka pada keesokan harinya Kunjung Barani mendatangi rumah bibinya dari arah belakang mencoba mengetahui bagaimana rupa Samindara, dengan mengintip dari balik celah didnding rumah bibinya yang ada, maka dilihatlah rupa Samindara yang ternyata sangat cantik menawan hati Kunjung Barani.
 
Gambar ilustrasi: Samindara

Setelah berhari hari lamanya Kunjung Barani semakin penasaran dengan Samindara saudara sepupunya sendiri, sampai sampai Kunjung Barani sering lupa makan dan mandi hanya karena memikirkan kecantikan Samindara. Pada suatu hari ibu Kunjung Barani memperhatikan tingkah laku anaknya yang mulai aneh tersebut, dan ibunya lantas bertanya padanya” Apa yang membuat kamu setiap hari hanya melamun terus sampai lupa makan dan mandi ?” dan mendengar pertanyaan ibunya Kunjung Barani kemudian menceritakan apa yang terjadi dengannya. Kemudian Kunjung Barani dengan spontan mengatakan akan melamar Samindara saudara sepupunya sendiri ”saya mau melamar Samindara” katanya. Singkat cerita diutuslah Lapadai salah seorang kerabatnya untuk melamar Samindara. 

Maka berangkatlah Lapadai untuk melamar Samindara dirumahnya, namun dalam perjalanan sebelum sampai kerumah Samindara, Lapadai menemukan Samindara sedang asyik bermain main di halaman rumahnya. Setibanya di dalam rumah Samindara bertanya kepada Lapadai “Apa tujuan Lapadai berkunjung kerumahnya, Lapadai tanpa basa basi segera menyampaikan apa yang menjadi tujuannya datang kerumah Samindara dan menjawab ”aku diutus untuk menyampaikan niat Kunjung Barani untuk melamarmu”. Samindara kaget dan langsung menjawab “Saya tidak menerima lamaran itu, saya tidak suka laki laki yang lidanya seperti pisang dan suka menyabung ayam !!” kata Samindara dengan nada keras. Samindara kemudian berkata lagi ”Bawalah kembali seserahan lamaranmu, kalau tidak aku akan lemparkan kesungai Tambayako” katanya dengan marah.

Lapadai pun terpaksa pulang dengan tangan hampa bahkan harus menerima cacian samindara. Dan sesampai dirumah Kunjung Barani bertanya pada Lapadai “Apakah lamaranku diterima ?” Lapadai menjawab “ditolak dan kita bahkan dihina oleh Samindara” mendengar itu Kunjung Berani sangat kecewa dan patah semangat. Melihat anaknya yang sangat kecewa sang ibupun berusaha menghibur hati Kunjung Barani yang gundah gulana, si ibu kemudian berkata “ kamu tidak usah kecewa dengan penolakan lamaran itu, masih ada perempuan yang pasti mau menerimanya jadi suami,maka ibunya pun mengatakan kalau masih ada anak saudaranya yang lain mungkin menerima lamaran Kunjung Barani. Sang ibu kemudian menunjukkan anak saudaranya yang tinggal disebuah tempat arah matahari terbit yang juga sepupu sekalinya bernama Icci Elari Bittoeng yang kecantikannya hampir sama dengan kecantikan Samindara. Namun Kunjung Barani menolak tawaran sang ibu dan beranjak tidur. Dalam tidurnya Kunjung Barani bermimpi melihat seorang anak yang bermain gasing dibawah kolong rumahnya, lalu anak itu kemudian berkata “Pergilah temui seorang kakek di Toraja, kamu akan melewati tujuh gunung, tujuh lembah dan kamu akan menemukan rumah Kakek itu” kata anak itu dalam mimpinya.

Tidak lama kemudian Kunjung Barani lantas menyuruh kerabatnya Lapadai untuk mendatangi Kakek tersebut sesuai yang ada di mimpinya, dan sampailah Lapadai dirumah Kakek itu di Toraja dan Lapadai disambut dengan sangat ramah oleh tuan rumah, berturut turut dari dalam ruang tengah rumah Kakek itu muncul istri – istrinya ke tujuh orang dan terakhir sang Kakek yang keluar dari ruang tengah rumahnya. Kakek tersebut kemudian bertanya kepada Lapadai apa maksud tujuannya datang kerumahnya, Lapadai kemudian menjawab “Saya hanya suruhan seseorang yang ingin belajar ilmu memikat perempuan yang telah menolaknya untuk dijadikan istri” jawab Lapadai dengan singkat. Si Kakek pun menjawab” ohh ,.. kalau itu bisa tapi ada syaratnya yang harus terpenuhi dan itu sangat berat”. Lapadai kemudian bertanya lagi “Apa syaratnya kek?”, Kakek kemudian menjelaskan “ Syaratnya 40 ekor kerbau beserta orang yang menarik masing masing kerbaunya, kerbau itu harus berbulu jarum emas, telinganya sepanjang lengan dan pinang yang dipanjat dengan cara membelakang dan buahnya di iris dengan telapak tangan.

Kakek itu kemudian pergi menuju kehalaman belakang rumahnya untuk memanjatkan buah pinang dengan cara memanjat terbalik dan mengambil tiga buah pinang dan memberikan kepada Lapadai dan sambil berpesan “Apabila Kunjung Barani mendatangi rumah Samindara dan mendapati Samindara dalam keadaan tertidur, maka bawalah kerbau kerbau itu dan kemudian kerbau itu di adu agar membuat keributan, maka setelah Samindara terbangun dari tidurnya, timang timanglah buah pinang ini agar dilihat oleh Samindara. Dan singkat cerita semua yang dipesan oleh Kakek itu terjadi juga dan dilakukan Kunjung Barani. Samindara yang sudah terbangun oleh ributnya suara kerbau yang beradu kemudian melihat Lapadai menggendong buah pinang itu dan Samindara lantas meminta buah itu namun Lapadai tidak memberikannya. Karena berulang ulang Samindara meminta buah pinang itu maka Lapadaipun memberinya sedikit lalu Lapadai hendak kembali pulang, disaat akan pulang itu tiba tiba Samindara berpesan “Besok pagi saya akan kerumah Kunjung Barani dan bersama –sama akan pergi ke sebuah pulau bernama pulau Sabakkatan” itulah pesan Samindara kepada Lapadai. Mendengar itu Lapadai segera pulang dan menemui Kunjung Barani dirumahnya dan menyampaikan pesan dari Samindara. Setelah mendapat pesan dari Lapadai maka Kunjung Barani segera membuat kamar yang berjumlah tujuh kamar.

Keesokan harinya Samindara benar-benar daatang kerumah Kunjung Barani diantar 80 orang dari kerabatnya. Sesampainya kerumah Kunjung Barani ia kemudian mengetuk pintu lalu berkata “Saya mau masuk kerumahmu untuk mendapatkan air untuk diminum”. Tapi Kunjung Barani tidak mau membukakan pintu rumahnya, tapi pintu rumahnya didobrak paksa sampai terbuka sampai ketujuh lapis kamar yang dibuat sebelumnya untuk menemui Kunjung Barani dikamar paling ujung. Setelah sampai kekamar Kunjung Barani ternyata sedang tidur, dan Samindarapun ikut tidur disamping Kunjung Barani..... (bersambung)