Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya To Mamuju

Tampilkan postingan dengan label Cerita Rakyat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Rakyat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Januari 2022

Si Cantik Samindara (Bag. 2)

Tak berapa lama setelah tertidur Kunjung Barani lalu terbangun dan segera melangkah menuju ke tempat perahunya ditambatkan untuk segera berangkat menuju Pulau Sabakkatan. Tak lama kemudian Samindara menyusul Kunjung Barani ke perahunya untuk bersama sama berlayar ke pulau Sabakkatan. Tapi Kunjung Barani tidak mengizinkan Samindara ikut berlayar bersamanya, mungkin karena Kunjung Barani berfikir perjalanan menuju pulau Sabakkatan ini amatlah jauh dan sangat berbahaya jika Samindara ikut serta bersamanya. Namun Samindara bersikukuh untuk ikut dan tidak mau melepaskan pegangannya diperahu Kunjung Barani, hal tersebut membuat Kunjung Barani marah dan memukul tangan Samindara dengan dayungnya maka tangan Samindara pun terlepas dari perahu. 

Dan tak lama kemudian perahu Kunjung Barani segera berlayar ketengah lautan menuju pulau Sabakkatan. Samindara yang ditinggal oleh Kunjung Barani merasakan kekecewaan yang mendalam dan sangat sedih karena tidak ikut berlayar ke pulau Sabakkatan bersama Kunjung Barani. Samindara pun kembali ke tepian pantai dan dalam perjalanan pulang ia bertemu dengan seorang nelayan lantas Samindara berpesan pada nelayan tersebut " Tolong sampaikan pada Kunjung Barani jika suatu hari nanti dia kembali dan aku telah meninggal dunia, sampaikan bahwa datanglah ke kuburanku dan taburilah dengan Ringgit emas dan pagari sekelilingnya dengan bunga-bunga emas". Demikianlah pesan Samindara pada nelayan tersebut. 

                      Ilustrasi Samindara

Setelah beberapa bulan berlayar akhirnya Kunjung Barani tiba di pulau Sabakkatan, dan mulai membuat sebuah tempat tinggal. Tak lama kemudian pada suatu hari Kunjung Barani tertidur dia pun bermimpi melihat dirinya memancing dilaut tapi anehnya dia bukannya mendapatkan ikan malah mendapat seekor rusa, dia juga bermimpi sedang berburu dihutan malah mendapatkan seekor ikan. Setelah mendapat mimpi yang aneh itu, Kunjung Barani berfirasat bahwa telah terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya, dia pun segera mengingat Samindara yang telah dia tinggalkan dan akhirnya Kunjung Barani berniat untuk segera kembali pulang untuk menemui Samindara kekasihnya. 

Setelah berselang beberapa lamanya akhirnya perahu Kunjung Barani sampai juga di tepian pantai dan dia pun mendapati nelayan yang kebetulan tinggal disitu, nelayan tersebut tiba-tiba saja teringat akan pesan Samindara beberapa waktu yang lalu, kemudian nelayan itu menanyakan siapa dirinya dan apakah mengenal Samindara dan menceritakan pesan Samindara pada Kunjung Barani. Kunjung Barani pun kaget dan sangat terpukul dengan berita kematian Samindara lantas dengan kesedihannya Kunjung Barani menanyakan kepada nelayan tadi dimana kuburan Samindara berada. Karena merasa tidak percaya dengan kematian Samindara itu, Kunjung Barani kembali bertanya pada nelayan tersebut kalau dia tidak yakin Samindara telah meninggal secepat itu. Nelayan itu kemudian berkata pada Kunjung Barani " Mengapa engkau tidak percaya semua ini, bukankah engkau yang telah meminta untuk berguru dan mendapatkan ilmu memikat hati perempuan pada seorang kakek di Toraja untuk mendapatkan cinta seorang Samindara..?" Kunjung Barani hanya terdiam dengan seribu penyesalan dalam dirinya dan akhirnya meminta untuk diantar ke lokasi kuburan Samindara berada.

Setelah mengetahui dimana kuburan Samindara berada, Kunjung Barani tak berselang lama sudah menyiapkan beberapa koin Ringgit emas dan beberapa bunga bunga terbuat dari emas demi untuk memenuhi permintaan dalam pesan Samindara sebelum meninggal. Dalam rasa duka yang menyelimuti hati Kunjung Barani ditaburkanlah koin koin emas itu dan memagari kuburan Samindara dengan bunga-bunga emas. Kunjung Barani kemudian  berniat kembali keperahunya dan melanjutkan perjalanan entah kemana diapun tidak tahu arah lagi, sebelum sampai ke tepian tempat perahunya ditambatkan, Kunjung Barani berfikir untuk membawa bekal air minum yang cukup selama perjalanannya. Dicarilah sumber air tersebut berada dan kebetulan dia menemukan sebuah sumur yang banyak airnya lagi jernih, sebuah sumur batu yang tepat berada dibawah sebuah pohon beringin besar dan lebat. Diambillah bambu dan batok pinang buat menimba air sumur itu, disaat Kunjung Barani menimba air terlihat nampak wajah Samindara diatas permukaan air sumur itu, Kunjung Barani penasaran setelah bayangan wajah Samindara yang cantik perlahan hilang dan tak lama kemudian Kunjung Barani yang sudah menimba air tak sengaja mendongak keatas pohon beringin dan tiba tiba muncul lagi sosok Samindara diatas pohon, karena rasa penasarannya Kunjung Barani berbicara pada bayangan sosok Samindara yang ada diatas pohon beringin dan mengajak Samindara untuk turun menemuinya. Jelas bahwa sosok tersebut adalah arwah Samindara atau mahluk ghaib yang menyerupai Samindara tentunya hal itu sangat menakutkan bagi siapapun yang mengalaminya tapi bagi Kunjung Barani dia tidak sedikitpun merasa takut sehingga pantaslah namanya disebut Kunjung Barani karena jiwanya yang sangat pemberani. 

Sosok Samindara yang diajak Kunjung Barani turun itupun akhirnya turun juga mendekati Kunjung Barani dibawah. Kunjung Barani yang tidak lagi berfikir jika yang bersamanya bukanlah Samindara tapi mahluk halus itu karena rasa cintanya kepada Samindara sehingga tidak lagi berfikir siapa sebenarnya yang sedang bersamanya. Setelah mereka duduk bersama sama sambil bercakap-cakap dibawah pohon itu, Kunjung Barani merasa lapar dan mengajak Samindara untuk makan bekal yang akan dibawa berlayar tadi. Merekapun berdua makan bersama, karena sangat lapar Kunjung Barani yang berapa hari lalu tidak bernafsu makan kini lahap makan dan merasa senang karena sedang ditemani Samindara. Kunjung Barani tanpa sadar sudah dua kali menambah nasinya sedangkan Samindara tidak berkurang nasinya sedikitpun malah nasi itu banyak yang berhamburan ditanah. Melihat hal tersebut Kunjung Barani bertanya pada Samindara " mengapa hanya makan sedikit sepertinya nasi yang ada di depanmu tidak pernah berkurang ?" Lantas Samindara menjawab " Itu karena saya bukan lagi manusia melainkan arwah sedangkan kamu itu manusia, kita sudah berbeda alam aku sudah meninggal dan kita tidak akan bisa hidup bersama" mendengar jawaban Samindara hatinya sangat sedih sampai sampai Kunjung Barani meneteskan air mata. Dengan nada bicara yang diliputi kesedihan Kunjung Barani kemudian kembali bertanya " bagaimana caranya agar aku bisa terus bersamamu" Samindara kemudian berkata "petiklah buah mangga untukku yang dahannya menjulang lurus keatas diseblahnya ada dahan yang menghadap ke matahari terbenam dan yang sebelahnya lagi dahan yang  menghadap kearah matahari terbit". Mendengar jawaban sekaligus permintaan Samindara tersebut akhirnya Kunjung Barani mencari pohon mangga yang ada didekat situ dan kebetulan ada pohon mangga yang berada dekat dengan kuburan Samindara yang besar dan tinggi, dipanjatlah oleh Kunjung Barani pohon itu sampai keatas dahan yang paling tinggi untuk mencari buah mangga yang ada ditengah tengah dahan yang disebutkan tadi. Setelah dicari-cari Kunjung Barani akhirnya menemukan ciri-ciri tiga dahan itu dan ditengahnya ada dahan muda yang lurus keatas disitulah ada buah mangga yang masih muda, tanpa pikir panjang lagi Kunjung Barani berusaha untuk menggapai buah mangga tersebut tanpa memikirkan resikonya dahan itu bisa patah karena masih muda dan rapuh, dan benar saja setelah tangannya bisa memetik buah mangga itu, dahan yang dipijak Kunjung Barani pun patah tidak mampu menahan berat badannya, seketika juga Kunjung Barani jatuh dan terhempas ketanah dan mati saat itu juga. Demi seorang wanita cantik yang telah menarik hatinya Kunjung Barani rela melakukan segala sesuatu yang bisa membuatnya menderita dan mati dan jasadnya konon dimakamkan berdekatan dengan Samindara. 
(Arman H-2022)

Sabtu, 09 Oktober 2021

Si Cantik Samindara - Cerita Rakyat Mamuju


Dahulu kala ada empat orang bersaudara, satu orang tinggal di tempat arah terbitnya matahari yang satunya lagi tinggal ditempat arah terbenamnya matahari, sedangkan yang duanya lagi tinggal di sebuah tempat bernama Rante Kamande. Yang menetap di tempat arah terbitnya matahari mempunyai satu orang anak perempuan bernama Icci Elari Bittoeng, sedangkan yang tinggal menetap diarah matahari terbenam mempunyai satu orang anak perempuan bernama Inae Kaca Kamummu. Yang menetap di Rante Kamande saudara yang satunya mempunyai anak perempuan yang bernama Samindara dan yang satunya lagi punya anak laki-laki yang bernama Kunjung Barani.

Setelah Kunjung Barani dan Samindara telah berumur dewasa, Kunjung Barani suatu hari datang ketempat bermain bola raga dekat dengan rumah bibinya untuk bermain sepak raga. Dan suatu kejadian Kunjung Barani tidak sengaja menendang bola raganya kuat kuat dan melambung tinggi keatas langit namun naas bola raga itu jatuh diatas atap rumah Samindara, dan kebetulan memang Samindara ada di dalam rumanya dan mengambil bola tersebut dengan memanjat ke atap rumahnya lalu dilemparkannya kebawah. Karena memang sebelumnya Samindara tidak mau dilihat oleh laki laki manapun tapi disaat akan melemparkan bola raga tersebut maka terlihatlah tangannya oleh oleh Kunjung Barani.

Begitu setelah melihat tangan Samindara, Kunjung Barani langsung mendatangi rumah bibinya dan berkata “ Bibi aku melihat tangan seorang gadis tadi saat melemparkan bola ragaku, apakah bibi ada tinggal bersama seorang perempuan ?” Bibinya lantas menjawab” Ooh itu bukan perempuan siapa-siapa melainkan dia adalah sepupumu sendiri” jawab bibinnya, mendengar itu Kunjung Barani langsung diam dan berbalik badan pulang kerumahnya. Kunjung Barani yang baru tahu ternyata punya saudara sepupu seorang perempuan, membuatnya berfikir dan jadi penasaran bagaimana rupa sepupunya Samindara yang baru dia ketahui. Maka pada keesokan harinya Kunjung Barani mendatangi rumah bibinya dari arah belakang mencoba mengetahui bagaimana rupa Samindara, dengan mengintip dari balik celah didnding rumah bibinya yang ada, maka dilihatlah rupa Samindara yang ternyata sangat cantik menawan hati Kunjung Barani.
 
Gambar ilustrasi: Samindara

Setelah berhari hari lamanya Kunjung Barani semakin penasaran dengan Samindara saudara sepupunya sendiri, sampai sampai Kunjung Barani sering lupa makan dan mandi hanya karena memikirkan kecantikan Samindara. Pada suatu hari ibu Kunjung Barani memperhatikan tingkah laku anaknya yang mulai aneh tersebut, dan ibunya lantas bertanya padanya” Apa yang membuat kamu setiap hari hanya melamun terus sampai lupa makan dan mandi ?” dan mendengar pertanyaan ibunya Kunjung Barani kemudian menceritakan apa yang terjadi dengannya. Kemudian Kunjung Barani dengan spontan mengatakan akan melamar Samindara saudara sepupunya sendiri ”saya mau melamar Samindara” katanya. Singkat cerita diutuslah Lapadai salah seorang kerabatnya untuk melamar Samindara. 

Maka berangkatlah Lapadai untuk melamar Samindara dirumahnya, namun dalam perjalanan sebelum sampai kerumah Samindara, Lapadai menemukan Samindara sedang asyik bermain main di halaman rumahnya. Setibanya di dalam rumah Samindara bertanya kepada Lapadai “Apa tujuan Lapadai berkunjung kerumahnya, Lapadai tanpa basa basi segera menyampaikan apa yang menjadi tujuannya datang kerumah Samindara dan menjawab ”aku diutus untuk menyampaikan niat Kunjung Barani untuk melamarmu”. Samindara kaget dan langsung menjawab “Saya tidak menerima lamaran itu, saya tidak suka laki laki yang lidanya seperti pisang dan suka menyabung ayam !!” kata Samindara dengan nada keras. Samindara kemudian berkata lagi ”Bawalah kembali seserahan lamaranmu, kalau tidak aku akan lemparkan kesungai Tambayako” katanya dengan marah.

Lapadai pun terpaksa pulang dengan tangan hampa bahkan harus menerima cacian samindara. Dan sesampai dirumah Kunjung Barani bertanya pada Lapadai “Apakah lamaranku diterima ?” Lapadai menjawab “ditolak dan kita bahkan dihina oleh Samindara” mendengar itu Kunjung Berani sangat kecewa dan patah semangat. Melihat anaknya yang sangat kecewa sang ibupun berusaha menghibur hati Kunjung Barani yang gundah gulana, si ibu kemudian berkata “ kamu tidak usah kecewa dengan penolakan lamaran itu, masih ada perempuan yang pasti mau menerimanya jadi suami,maka ibunya pun mengatakan kalau masih ada anak saudaranya yang lain mungkin menerima lamaran Kunjung Barani. Sang ibu kemudian menunjukkan anak saudaranya yang tinggal disebuah tempat arah matahari terbit yang juga sepupu sekalinya bernama Icci Elari Bittoeng yang kecantikannya hampir sama dengan kecantikan Samindara. Namun Kunjung Barani menolak tawaran sang ibu dan beranjak tidur. Dalam tidurnya Kunjung Barani bermimpi melihat seorang anak yang bermain gasing dibawah kolong rumahnya, lalu anak itu kemudian berkata “Pergilah temui seorang kakek di Toraja, kamu akan melewati tujuh gunung, tujuh lembah dan kamu akan menemukan rumah Kakek itu” kata anak itu dalam mimpinya.

Tidak lama kemudian Kunjung Barani lantas menyuruh kerabatnya Lapadai untuk mendatangi Kakek tersebut sesuai yang ada di mimpinya, dan sampailah Lapadai dirumah Kakek itu di Toraja dan Lapadai disambut dengan sangat ramah oleh tuan rumah, berturut turut dari dalam ruang tengah rumah Kakek itu muncul istri – istrinya ke tujuh orang dan terakhir sang Kakek yang keluar dari ruang tengah rumahnya. Kakek tersebut kemudian bertanya kepada Lapadai apa maksud tujuannya datang kerumahnya, Lapadai kemudian menjawab “Saya hanya suruhan seseorang yang ingin belajar ilmu memikat perempuan yang telah menolaknya untuk dijadikan istri” jawab Lapadai dengan singkat. Si Kakek pun menjawab” ohh ,.. kalau itu bisa tapi ada syaratnya yang harus terpenuhi dan itu sangat berat”. Lapadai kemudian bertanya lagi “Apa syaratnya kek?”, Kakek kemudian menjelaskan “ Syaratnya 40 ekor kerbau beserta orang yang menarik masing masing kerbaunya, kerbau itu harus berbulu jarum emas, telinganya sepanjang lengan dan pinang yang dipanjat dengan cara membelakang dan buahnya di iris dengan telapak tangan.

Kakek itu kemudian pergi menuju kehalaman belakang rumahnya untuk memanjatkan buah pinang dengan cara memanjat terbalik dan mengambil tiga buah pinang dan memberikan kepada Lapadai dan sambil berpesan “Apabila Kunjung Barani mendatangi rumah Samindara dan mendapati Samindara dalam keadaan tertidur, maka bawalah kerbau kerbau itu dan kemudian kerbau itu di adu agar membuat keributan, maka setelah Samindara terbangun dari tidurnya, timang timanglah buah pinang ini agar dilihat oleh Samindara. Dan singkat cerita semua yang dipesan oleh Kakek itu terjadi juga dan dilakukan Kunjung Barani. Samindara yang sudah terbangun oleh ributnya suara kerbau yang beradu kemudian melihat Lapadai menggendong buah pinang itu dan Samindara lantas meminta buah itu namun Lapadai tidak memberikannya. Karena berulang ulang Samindara meminta buah pinang itu maka Lapadaipun memberinya sedikit lalu Lapadai hendak kembali pulang, disaat akan pulang itu tiba tiba Samindara berpesan “Besok pagi saya akan kerumah Kunjung Barani dan bersama –sama akan pergi ke sebuah pulau bernama pulau Sabakkatan” itulah pesan Samindara kepada Lapadai. Mendengar itu Lapadai segera pulang dan menemui Kunjung Barani dirumahnya dan menyampaikan pesan dari Samindara. Setelah mendapat pesan dari Lapadai maka Kunjung Barani segera membuat kamar yang berjumlah tujuh kamar.

Keesokan harinya Samindara benar-benar daatang kerumah Kunjung Barani diantar 80 orang dari kerabatnya. Sesampainya kerumah Kunjung Barani ia kemudian mengetuk pintu lalu berkata “Saya mau masuk kerumahmu untuk mendapatkan air untuk diminum”. Tapi Kunjung Barani tidak mau membukakan pintu rumahnya, tapi pintu rumahnya didobrak paksa sampai terbuka sampai ketujuh lapis kamar yang dibuat sebelumnya untuk menemui Kunjung Barani dikamar paling ujung. Setelah sampai kekamar Kunjung Barani ternyata sedang tidur, dan Samindarapun ikut tidur disamping Kunjung Barani..... (bersambung)

Jumat, 23 Juli 2021

Taresse Anging di Kadolang

Dahulu kala datanglah serombongan pengungsi, yang dikenal sebagai orang Passokorang, di daerah Gunung Kassaq.
Menurut cerita. Passokorang adalah nama salah satu kerajaan di tanah Bugis. Namun tempat tepatnya tidak diketahui. Raja yang memerintah di Passokorang terkenal sangat kaya raya. Raja ini membangun istana besar, serta benteng untuk menghadapi musuh-musuhnya dan mempunyai pengikut yang banyak. 

Sang raja mempunyai putra dan putri. Ada seorang putrinya yang teramat cantik dan sangat disayangi oleh raja yang bernama Taresse Anging. Kulitnya putih seperti kapas, rambutnya panjang bergelombang, bila ia minum seakan-akan kelihatan air yang mengalir di tenggorokannya.

Namun dibalik kecantikannya, terdapat kekurangan di fisiknya yaitu telapak kakinya bulat tidak datar sehingga sulit untuk berjalan. Raja memerintahkan beberapa pengawal untuk melayani sang putri bila sang putri ingin kesuatu tempat dia akan dibawa menggunakan tandu.

Suatu ketika datanglah utusan dari kerajaan sebrang untuk mengajak raja Passokorang bekerja sama. Tetapi sang raja menolak tawaran tersebut. Berkali-kali utusan raja sebrang datang mengajak kerjasama tetapi selalu ditolak oleh sang raja.

Raja sebrang marah dan mulai mengatur strategi untuk menyerang Passokorang. Kerajaan sebrang berhasil memenangkan pertempuran dan menguasai benten pertahanan kerajaan. Ibu dan saudara raja mati terbunuh. Tersisa anak raja Taresse Anging. Raja memerintahkan pengikutnya untuk meninggalkan benteng. Dalam perjalanannya dia singgah di beberapa tempat. Tetapi bila terdengar kabar Taresse Anging berada di tempat tersebut raja sebrang mengejarnya dan Taresse Anging bersama pengikutnya segera meninggalkan tempat tersebut.

Sebelum meninggalkan kerajaan raja Passokorang sudah terlebih dahulu memerintahkan kepada pengawalnya untuk membawa semua harta yang bisa dibawa, termasuk perabotan dan perhiasan emas. Menurut cerita jumlah orang yang membawa harta raja tersebut sebanyak 444 orang, ada juga yang mengatakan cuma 44 orang saja.

Berbulan bulan sang raja berjalan bersama pengikutnya. Terakhir sampailah disuatu tempat yang bernama Kurungang Bassi (sekitar kelapa tujuh, sekarang). Setelah beristirahat sebentar, mereka berangkat lagi melewati Bana Patuga di sekitar bagian selatan (kampung soqdoq, sekarang), yang mempunyai tebing batu yang curam. Karena batu batu ini licin dan susah dilewati, ada beberapa pengawal yang tergelincir jatuh kebawah dasar tebing dan mati, sehingga ditempat itu dikenal oleh masyarakat memberi nama Pellentengang Bugi, yang berarti tempat jatuhnya orang Bugis. Oleh sebab itu banyak ditemukan pecahan benda benda keramik perabotan dan perhiasan disekitar Bana Patuga daerah Soqdoq saat ini. Disinilah sang raja menetap di daerah pegunungan Kadolang bersama pengikutnya.

Suatu ketika Taresse Anging jatuh sakit dan tidak bisa terbangun dari tempat tidurnya. Sang raja menyuruh pengikutnya untuk menggali sebuah lubang yang memanjang seperti goa yang kira kira sepanjang 15 meter untuk dijadikan kuburan Taresse Anging. Didalam goa tersebut dibuat seperti ruangan untuk ditempatkan sang putri didalamnya bersama pengikutnya dan dayang dayangnya. Didalam ruangan tersebut hanya ada cahaya dari lilin yang terbuat dari kemiri dan dibuat pula sebuah ventilasi udara dari bambu besar yang telah dilubangi dari goa sampai ke luar. 


Ilustrasi gambar 


Berpesanlah raja kepada dayang dayangnya jika api lilinnya padam maka pengikutnya memukul ujung bambu sebanyak tiga kali sebagai tanda bahwa anak raja masih hidup. Setelah tujuh hari tidak lagi terdengar suara bunyi bambu dipukul maka sang raja menyatakan bahwa putrinya sudah meninggal dunia. Maka sang raja memerintahkan untuk sekalian mengubur harta bendanya bersama putrinya. 

Sampai tiba waktunya sang raja ini ketahuan oleh raja yang sudah lama memburunya, maka diseranglah tempat itu dengan segenap kekuatan kerajaan yang memusuhinya dan terjadilah peperangan yang tidak bisa dihindarkan oleh raja Passokorang dan lawannya, sampai semua pasukan dan pengikutnya dinyatakan tewas bersama rajanya tidak tersisa. 

Sampai hari ini peristiwa tersebut hanya menyisakan harta benda yang cukup banyak didaerah itu, sehingga penduduk di sekitarnya di jaman sekarang banyak menemukan benda benda harta karun perhiasan dan perabot. Nama Kadolang sebenarnya diambil dari nama sebuah pohon besar yang dulu pernah tumbuh disitu dan sudah ditebang oleh penduduknya sebuah wilayah yang bernama Kurungang Bassi. 



Sabtu, 10 Juli 2021

Si miskin dan Raja (Terjemahan; Lapokasiasi Ampeq Maradika)

Konon ada seorang miskin dan seorang raja. Sang raja ini mempunyai tujuh istri, tetapi tidak ada seorangpun diantara istrinya yang dapat melahirkan. Si miskin ini adalah seorang gadis yang tinggal di kebunnya sendiri. Pada suatu ketika sang raja ini bermaksud mengadakan pembacaan doa selamat. Dia menyuruh hamba-hambanya mengambil daun pisang di kebun orang lain . Setibanya hamba-hamba raja ini di kebun orang, bertemulah mereka dengan si miskin yang disebut tadi Berkatalah si miskin kepada hamba-hamba raja, "Hai, ibu-ibu hamba raja, sekiranya saya yang diperistri sang raja selama ini, niscaya saya akan melahirkan dua atau tiga anak, dari Tuan raja, satu anak berpusat mutiara, satu anak berdada emas, dan satu anak yang lain berurat leher emas." 

Setelah hamba-hamba raja ini mendengar si miskin berbicara demikian kepadanya, serempak mereka bergegas pulang kembali kepada raja. Setibanya di hadapan raja, mereka saling berkata, "Di kebun Tuan ada seorang gadis yang miskin seperti kami dan berbicara kepada kami . Dia mengatakan kepada kami, "Hai, Ibu-Ibu hamba raja, sekiranya saya yang diperistrikan sang raja selama ini, niscaya saya akan melahirkan dua atau tiga anak dari Tuan raja. Satu anak berpusat mutiara, satu anak berdada emas, dan satu anak yang lain berurat leher emas. Tidak terkira betapa gembiranya sang raja mendengar berita itu dari hamba-hambanya. Secara spontan sang raja itu memerintahkan laskarnya pergi memanggil si gadis miskin itu di kebun si gadis miskin. Berkatalah sang raja kepada laskarnya, "Masuklah kalian panggil kemari si gadis miskin itu!. Katakan kepadanya bahwa dia sekarang ini sangat diharapkan untuk datang menghadap raja karena ada sesuatu hal penting yang akan diberitahukan kepada dia. Setelah sang raja selesai berbicara kepada laskarnya, para laskar minta permisi lalu berangkat dengan segera pergi memanggil si miskin itu. Setelah laskar itu sampai di kebun si miskin, disampaikanlah pembicaraan sang raja kepada si miskin sebagaimana diberitahukan raja kepada mereka. Si miskin sudah mendengar pesanan raja yang disampaikan kepadanya kemudian dia menjawabnya dengan berkata, ;'Saya tidak dapat pergi sekarang ini. Saya merasa malu dan segan berangkat bersama kalian karena pakaian saya compang-camping begini . Jangan sampai raja nanti menduga bahwa saya menghinanya. Lebih baik kalian kembali kepada raja dahulu dan saya akan mengusahakan juga pakaian yang akan saya pakai dan pantas dilihat raja. Akhirnya, kembalilah para laskar ini kepada raja.



Setibanya dihadapan raja. para laskar itu menyampaikan pesan si miskin yang dibicarakan bersama mereka. Sang raja tersenyum mendengar penyampaian kata-kata laskar itu lalu berkata, "Kalau demikian halnya antarkanlah cepat pakaian yang dapat dipakainya supaya ia cepat datang. Tidak lama kemudian para laskar bersama inang-inang pengasuh mengantarkan pakaian yang akan dikenakan si miskin. Setelah menerima pakaian itu, si miskin berkata, "Saya mohon maaf pada raja sebab saya mau mengusahakan dahulu sedikit perhiasan emas supaya tidak terlalu telanjang badan saya, belum ada gelang ditanganku, belum ada juga kalungku, demikian juga belum ada anting-antingku. Jadi kalian kembali dahulu dan saya akan ke sana kalau sudah ada perhiasan emas yang saya usahakan itu." Setelah mendengar perkataan si miskin, para laskar itu pulang lagi dan menyampaikan pesan si miskin kepada raja. Raja berkata, "Bawakanlah perhiasan emas secukupnya supaya dia dapat cepatkemari". Sesudah para laskar bersama inang-inang pengasuh sampai ditempat si miskin dengan membawa berbagai perhiasan, si miskin mengambil perhiasan itu lalu pulang berhias dan bercermin. Setelah selesai berhias, dia pergi duduk bersama inang-inang pengasuh raja. Sementara duduk-duduk, inang-inang pengasuh raja itu berkata, "Sebaiknya kita segera berangkat sebab tentu raja sudah lama menantikan kita ."Berkatalah si miskin, "Baik, mari kita berangkat bersama-sama!" Setelah tiba di istana si miskin singgah di sumur untuk mencuci kakinya, kemudian laskar itu menghadap raja dan berkata "Orang yang Tuan panggil itu, sudah datang. Dia sedang mencuci kakinya di sumur. "Berkatalah raja kepada laskarnya, "Suruhlah orang itu naik ke rumah untuk menghadap saya!" Setelah si miskin itu berada di hadapan raja, bertanyalah raja itu kepada si miskin. "Benarkah kamu mengatakan bahwa seandainya engkau yang diperistrikan raja selama ini , niscaya engkau melahirkan dua atau tiga anak , satu anak berpusat mutiara, satu anak berdada emas, dan satu anak berurat leher emas?" Berkatalah si miskin, "Benar, saya berkata begitu, Tuan, tetapi sebenarnya saya bermain-main saja. "Berkatalah raja, "Tidak boleh dijadikan permainan hal itu. Ketahuilah bahwa saya ingin sekali mempunyai anak dan kamu pasti tidak akan mengatakan begitu kalau tidak ada sebabnya. Karena pembicaraan kamu itu, kita harus kawin dan saya akan menjadikan kamu sebagai istri saya. Akan tetapi, harus kamu ingat kata-kata ku ini yakni besok atau lusa apabila saya sudah memperistri kamu setelah berapa lama kamu tidak beranak, saya akan menyuruh orang memotong batang lehermu. Berkatalah si miskin, "Apabila itu sudah ke mauan Tuan, tidak akan ada yang berani menolaknya. Terserahlah nanti kepada kehendak Tuhan barangkali masalah ini sudah menjadi nasib saya. Setelah raja selesai berbicara, berpalinglah beliau kepada para orang yang dituakannya lalu berkata, "Aku minta tolong kepada kalian agar orang tuaku turun tangan mengurusi perkawinanku dengan perempuan ini”.

Tidak lama kemudian, orang-orang sudah sibuk menyelenggarakan perkawinan raja sesuai dengan adat istiadat yang berlaku untuk seorang raja. Setelah perkawinan si miskin dengan raja, raja membawa si miskin itu pulang ke rumahnya. Lama-kelamaan selelah hidup bersama si miskin, sang raja memperoleh kebesaran Allah si miskin benar-benar hamil. Setelah perut istrinya besar. sang raja memerintahkan kepada tukang urut supaya diselenggarakan upacara mengurut perut istrinya sebab tidak lama lagi istrinya akan melahirkan. Semcnlara ilu, raja pergi berlayar ke Malaka untuk membeli buaian emas sekaligus tangkai ayunan emas untuk anaknya nanti. Sebelum sang raja berangkat, dia berpesan kepada istri-istri tua dengan mengatakan. "Besok atau lusa apabila saya lelah pergi berJayar. kalian haruss mengurus madumu dengan baik. Berganti-gantianlah kalian mengasuh anaknya agar mereka mengikuti dengan baik jalan Allah. 


Hanya beberapa hari sesudah sang raja berangkat berlayar, bersalinlah si miskin itu. Kembar tiga anaknya; yang satu berpusat mutiara, yang satu berdada emas, dan yang satu lagi berurat leher emas. Yang berpusa! mutiara seorang perempuan, sedangkan yang dua lagi laki-Iaki. Karena si miskin ini sangat beruntung dapat hamil bersama raja, tidak mengherankan apabila istri-istri tua raja ini menyimpan iri hati kepada si miskin. Oleh karena itu, sudah ada maksud buruk. yakni mereka menyembunyikan anak itu apabila lahir, lalu akan menggantikannya dengan anak anjing atau anak kucing. Pada waktu si miskin melahirkan anak itu, mereka segera menyambut anak itu lalu menggantikannya dengan anak kucing lalu mereka berkata kepada yang bersalin "Mengapa anak kucing yang kamu lahirkan?" Berkatalah yang melahirkan, "Saya tidak tahu sebab menurut apa yang saya rasakan, yang saya lahirkan adalah manusia. Akan tetapi, kalau kalian mengatakan bahwa yang saya lahirkan adalah anak kucing, barangkali itu yang benar." Demikianlah, mereka selalu melakukannya sampai tiga kali berturul-turut melahirkan; semuanya digantikan dengan anak kucing, mereka segera disembunyikan dan dibawa masuk ke hutan untuk dibuang oleh para istri tua raja. Di dalam hutan bayi-bayi itu menjerit-jerit kedinginan. Di tempat pembuangan anak-anak itu, kebetulan lewat seorang nenek kabayan yang sedang mencari kayu api . Dia mendengar ada tangis bayi yang menyayat hati. Kemudian, nenek itu berjalan kearah celah belukar untuk melihatnya. Dia menemukan tiga bayi, satu perempuan dan dua laki-Iaki. Nenek kebayan itu mengambil bayi-bayi itu dan membawanya ke gubuknya lalu meninabobokannya, bayi-bayi itu dipeliharanya hingga mereka besar.

Tidak lama kemudian datanglah sang raja dengan membawa buaian emas dan tangkainya yang terbuat dari emas. Beliau menanyakan berita tentang istrinya yang hamil pada waktu ditinggalkannya. Berkatalah raja kepada para istri tuanya, "Apakah madumu sudah bersalin')". Serentak mereka menjawab kepada raja, "Sudah bersalin Tuan, tetapi yang dilahirkannya semua kucing sebanyak tiga ekor." Berkata lagi raja, "Jadi, apakah pendapat kalian sebab dia bedusta?" Istri tuanya menjawab, "Terserah raja, asal kami tidak disuruh membunuhnya." Berkatalah raja, "Bawalah dia turun di kolong rumah dan ikatkan di comberan lalu kalian kencingi kepalanya dari atas". Demikianlah si miskin sudah terikat di dekat comberan siang dan malam. Siapa saja yang ada di atas dalam rumah itu datanglah kencing tepat dilubang di bawah, dan menyiram kepala si miskin di bawah rumah itu.

Tiga anak. yang terbuang di hutan belukar tersebut tetap dalam asuhan nenek kebayan sampai mereka besar. Lama-kelamaan mereka pandai menyabung ayam. Pada suatu ketika anak-anak ini keluar kepantai ingin menyabung ayam. Kebetulan juga sang raja sedang mengadakan keramaian, yakni menyabung ayam. Semua orang yang datang membawa ayam menyabungkan ayamnya. Anak-anak ini menunggu ayam sang raja yang akan disabung ke luar. Setelah ayam sang raja ke luar, tidak ada orang yang berani melawankan ayamnya karena mereka takut kalau ayam raja dikalahkan. Akhimya, si anak ini berkata, "Saya bersedia melawan ayam sang raja." Tertawalah raja mendengarnya. Lalu raja berkata, "Apakah ada hartamu untuk dipakai melawan ayamku?" Menyahutlah anak ini dan mengatakan, "Tidak ada, Tuan. Apabila ayam kami dikalahkan oleh ayam Tuan, kami bertiga sebagai taruhannya." Berkatalah raja, "Apakah kamu mau dipotong apabila kalah ayammu? " Berkatalah anak itu, "Terserahlah raja, kami terima semua hukuman Tuan". Setelah pembicaraan antara anak itu dan raja disepakati, di­sabunglah ayam mereka. Lama sekali ayam itu berlaga, kadang kala ada yang lari mengelak. kadang kala ada yang maju lagi bergumul. Akhirnya, ayam raja berkeok sebab tidak mau melawan lagi. Oleh karena ayam raja dapat dikalahkan, raja berkata kepada anak itu, "Apakah yang kamu minta kepada saya sebagai pengganti kekalahan ayamku ? " Berkatalah anak itu, "Kalau boleh, raja berikan kepada kami orang yang diikat dipinggir comberan." Sahul sang raja. "Akan kalian apakan dia sebab dia adalah pendusta besar?" Berkatalah anak-anak itu. "Tidak apa-apa Tuan. Entah karena apa sehingga kami merasa iba sekali melihatnya. Nanti kami akan membersihkan badannya. Mudah-mudahan orang itu dapat kami jadikan induk semang sebab nenek kami sudah terlalu tua, tidak kuat lagi bekerja," Berkatalah raja, "Ambil saja bila kalian suka” Sementara anak-anak itu membuka pengikat si miskin itu. timbullah pikiran raja, yakni Anak-anak ini. seorang perempuan dan dua orang laki-Iaki, mencari induk semang. Jadi. artinya ibunya tidak ada. Anak ini juga iba sekali hatinya ketika mereka melihat orang yang diikat di comberan. Barangkali ada hubungan batin di hatinya. Pada waktu perempuan ini melahirkan saya tidak melihatnya. Hanya para madunya yang ada di sini kebetulan para madu ini tidak ada yang melahirkan. Barangkali ada hal yang tersembunyi dalam persoalan ini .Setelah selesai membuka pengikat si miskin ini, anak-anak tersebut membawa orang itu ke sungai, menggosok badan orang itu sampai bersih dan baru mereka antar pulang ke rumah orang itu.

Pada suatu hari anak-anak ini mendengar berita bahwa ada seekor burung yang tinggal di celah batu di hutan yang dinamakan orang burung bayan yang cerdik. Burung bayan yang cerdik itu dapat menceritakan semua hal yang sudah pernah terjadi juga tentang hal yang akan terjadi. Oleh karena itu. anak-anak itu ingin sekali meng-ambil burung itu. Anak-anak itu memberitahukan kepada neneknya. "Hai, Nenek tolong rebuskan saya tujuh biji telur ayam bersama tujuh buah ketupat daun pandan sebab akan saya jadikan bekal untuk pergi mengambil burung bayan cerdik itu." Berkatalah neneknya, "Janganlah kamu pergi, cucuku sebab nanti kamu mati." Berkatalah anak itu "Nenek belum tahu apakah saya akan mati atau tidak. Untuk itu, perhatikanlah tangkai cemangi yang saya tanam ini . Setelah tujuh hari saya pergi kemudian daunnya layu, itu berarti saya mati dalam perjalanan saya." Setelah siap bekalnya, berangkatlah anak itu seorang diri masuk ke hutan. Genap tujuh hari lamanya dia pergi, nenek dan dua anak yang lain melihat bahwa daun cemangi itu layu kemudian mereka berkata, "Sudah layu daun cemangi ini. Ini berarti bahwa saudara kita mati dalam perjalanannya."

Berkatalah saudara laki-Iakinya yang satu kepada neneknya, "Buatkan saya juga bekal, Nenek! Saya akan pergi mencari saudara saya." Neneknya melarang dia dan berkata, "Janganlah kamu pergi karena nanti kamu juga mati!" Berkatalah anak laki-Iaki ini , "Tidak betul-betul apa-apa Nenek. Di situ tangkai cemangi yang saya tanam. Perhatikanlah nanti! Apabila layu semen tara saya pergi, berarti saya juga mati." Setelah genap tujuh hari dia pergi, layulah juga daun cemangi itu. Berkatalah saudara perempuan anak itu kepada neneknya, "Layu lagi daun cemangi itu, Nenek. Barangkali saudara saya itu mati juga. Kalau begitu, tolong buatkan saya gelang panjang yang tebal satu pasang. Kalau sudah ada gelang panjang itu, tolong rebuskan saya juga bekal seperti bekalnya saudaraku ." Berkatalah neneknya kepada anak perempuan itu, "Nanti kalian mati semuanya kalau demikian cara kamu". Berkatalah anak itu, "Tidak boleh, Nenek? Apalah gunanya saya sendiri yang hidup?" Terserah kamulah saya melarang kamu pergi," kata Nenek Kebayan. Akhimya, berangkatlah anak perempuan itu ke tempat burung bayan yang cerdik itu. Setelah sampai di sana, dia melihat kedua saudaranya mati. Apa yang dia lakukan? Dia pergi ke samping saudarannya itu dan memerciki mereka air melalui ujung rambutnya. Tidak lama kemudian terbukalah mata saudaranya itu dan mereka hidup kembali. Sesudah itu, pergilah saudara perempuan ini ke celah batu tempat burung itu berada. Burung itu menegur anak perempuan itu, katanya, "Jangan kamu kemari sebab nanti kamu juga mati." Dia tidak mau mendengar pembicaraan burung itu . Langsung saja ia mengulurkan tangannya dan menangkap burung itu. Sementara ia mengulurkan tangannya. tiba-tiba batu itu bertaut kembali . Dia tarik tangannya keluar bersama dengan burung bayan itu, tempi tidak dapat karena tangannya terhimpit gelang panjang dan tebal yang dia pakai dapat mengganjali tangannya. Jadi, tinggal gelang yang dijepit batu dan tanganya dapat keluar besama burung.

Setelah itu, kembalilah ketiganya ke rumah bersama-sama dengan membawa burung itu. Setelah mereka tiba kembali di rumah. Berceritalah sang burung ini kepada ketiga anak itu, katanya, "Sebenarnya kalian itu adalah anak raja. Mengenai ibu kandungmu adalah orang yang kalian jadikan induk semang. Alasan kalian dapat berada di sini adalah karena kalian dibuang oleh istri-istri tua raja dan digantikan dengan tiga ekor anak kucing kepada ibumu. ltulah sebabnya sehingga ibumu diikatkan di bawah dekat comberan, raja menyangka bahwa betul-betul anak kucing yang dilahirkan oleh ibumu."  Setelah diketahui oleh anak-anak itu bahwa mereka sesungguhnya adalah anak raja dan induk semangnya sesungguhnya adalah ibunya. mereka semua menangis setelah mendengarkan kata-kata burung itu. Mereka merasa sedih diperlakukan begitu bersama ibu kandungnya oleh istri-istri tua raja. Tidak lama kemudian, sang raja juga mendengar berita bahwa ada burung pandai berbicara yang di simpan anak-anak itu. Disuruhlah para pengawal raja untuk memanggil anak-anak itu ke rumahnya dan dipesankan juga supaya mereka membawa serta burungnya sebab raja ingin melihatnya dan mendengarkan burung itu ketika berbicara. Selanjutnya. mereka berangkat untuk menghadap raja dengan membawa burung mereka. Setelah mereka tiba, berkatalah raja. "Cobalah suruh burungmu itu berbicara karena saya mau mendengar. Sudah lama tersiar berita bahwa burungmu itu pandai berbicara." Anak-anak itu menjawab perkataan raja, "Dapat saja burung ini disuruh bercakap-cakap, Tuan, asal nanti tidak ada orang yang akan turun di tanah sementara burung ini berbicara." Tidak ada orang yang akan turun, Burung. Kalau saya tahu ada yang turun nanti saya akan menyuruh memenjarakannya. Kalau perlu, orang yang turun dibuang ke luar daerah juga.

Akhimya, semua orang duduk dengan tenang di atas rumah begitu juga semua istri tua raja. Mereka ingin melihat dan mendengarkan burung itu bercakap-cakap. Tidak lama kemudian berceritalah sang burung itu . Dibongkarlah segala perilaku istri tua raja dalam ceritanya, yakni mulai dengan ibu yang melahirkan anak-anak itu lalu istri-istri tua menggantinya dengan anak kucing sampai kepada mereka membuang anak-anak itu ke hutan sampai akhirnya sang raja tiba kembali dan raja menyuruh orang-orang mengikatkan ibu anak-anak itu didekat comberan.

Setelah selesai bercerita sang burung ini di hadapan raja tiba-tiba pucat mukanya mereka semua, seperti warna kunyit yang dipotong dua, semua istri tua raja itu . Mereka semua menelungkup di kaki raja menangis dan mencium telapak kaki sang raja. Mereka mengatakan, "Kami salah, Raja, semuanya benar apa yang diucapkan burung, kami mohon tidak dibunuh. Biarlah kami semua dijadikan budak oleh anak-anak itu." Berkatalah sang raja, "Kalau demikian perkataan kalian, benar-benar kalian bersalah. Kalau anak-anak itu bersedia menjadikan budaknya, tidak apalah." Selesai raja berkata, menjawablah anak-anak itu dan berkata, "Kami tidak bersedia menjadikan mereka budak kami karena itu tidak sepadan dengan penyiksaan terhadap ibu kami. Kami mau kalau mereka juga diikatkan di bawah di tempat ibu kami diikatkan dulu , barulah hal itu sepadan." Berkatalah raja, "Kalian sudah mendengar apa yang dikatakan anak-anak itu. Andaikata saya yang menghukum kalian, kalian semua akan disembelih karena kalian terlalu beriri hati kepada madumu".

Akhirnya raja memerintahkan semua istri tuannya diikatkan ditempat mana ibu anak-anak itu diikatkan dulu. Para laskar raja 'juga mengarak ibu anak-anak itu di atas tandu dan dibawa ke istana raja untuk dijadikan permaisurinya, diikuti ketiga anaknya dan nenek kebayan itu. (Arman Husain 2017).

Jumat, 14 Desember 2018

Tintilingang legenda Dari Mamuju

Dalam tradisi lisan masyarakat Mamuju kita sering mendengar nama Tintilingang yang menjadi sosok legenda Tobarani (jagoan) dari bumi Manakarra ini. Namanya yang kini diabadikan sebagai nama salah satu jalan di lingkungan Kasiwa di Kelurahan Binanga Kecamatan Mamuju ini bagi masyarakat penduduk asli Mamuju pasti pernah mendengar dan tahu bagaimana kisah kehebatan Sang Jawara tersebut. 

Dikisahkan bahwa sosok Tintilingang ini berpostur tubuh kecil dan berkulit hitam dan memiliki kesaktian yang tinggi dan merupakan pendekar tak tertandingi dikalangan Tobarani dikerajaan Mamuju. Tidak banyak informasi tentang sosok ini hidup di masa siapa raja yang berkuasa saat itu, kuat dugaan bahwa beliau hidup di masa kejayaan kerajaan Mamuju yaitu Maradika Tomatindo disambayanna atau Lasalaga di tahun 1500.M. 


Ilustrasi. Tintilingan Sang Jawara Tanah Mamuju


Tintilingan hanyalah nama gelar yang disandangkan padanya yang berarti "PanTinting Talingang" yang diartikan dengan "orang yang menenteng telinga", digelar dengan Pantinting Talinga karena dikisahkan bahwa setiap telinga musuh musuh yang dikalahkan dalam perjalanannya akan dipotong dan diikat pada seutas tali dari kulit kayu kemudian dibawa pulang ke Mamuju sebagai pembuktian kepada Maradika Mamuju bahwa baginya tidak satupun jagoan mulai dari kerajaan Gowa sampai ketanah Mandar yang mampu menandingi kesaktiannya. 

Diceritakan bahwa suatu saat dimasa itu Raja Mamuju diundang oleh raja Gowa untuk datang menghadiri suatu gelaran adat di Kerajaan Gowa dan raja Mamuju pun berniat datang menghadirinya dengan membawa serta beberapa punggawa dan anggota keluarga kerajaan. 

Dan sebagai seorang punggawa kerajaan tentunya Tintilingang tidak mau ketinggalan untuk hadir, namun keinginannya itu tidak mendapat restu dari raja karena raja tahu bahwa Tintilingang punya sifat tempramen dan suka berkelahi dengan siapapun yang dianggapnya sok jagoan. Alhasil raja pun menolak Tintilingan ikut dalam rombongan tersebut.

Singkat cerita rombongan kerajaan Mamuju pun telah sampai dipelabuhan Gowa dengan perahu besar beserta Punggawa dan keluarga kerajaan, tapi alangkah kagetnya mereka tiba tiba sesosok manusia melompat keluar dari bawah buritan perahu yang tak lain adalah Tintilingang. Raja dan anggota kerajaan lainnya kaget dan heran melihat keberadaannya yang tiba tiba muncul dari bawah perahu tersebut, raja tentu saja marah dan mengingatkan Tintilingang untuk menjaga kehormatan kerajaan Mamuju dengan tidak berbuat sesuatu yang bisa merusak hubungan dengan kerajaan Gowa.

Melihat kehadiran Tintilingang dikerajaan Gowa para jagoan dan pendekar Gowa yang telah mendengar ketenaran Tintilingang ini ingin mencoba bertarung dengannya. Mereka berupaya menggoda Tintilingang dengan berkokok layaknya ayam jago yang bermakna isyarat untuk memancing siapapun untuk masuk arena untuk berduel jika ada yang menyahuti kokokan itu. Para punggawa kerajaan Mamuju dan berapa undangan dari kerajaan kerajaan lain tahu makna kokokan dari jagoan Gowa tersebut. Punggawa dan jagoan kerjaan Mamuju tidak mau terpancing dan berusaha menahan diri agar tidak terprovokasi dan berusaha menenangkan Tintilingang agar tenang dan bersabar. Semakin lama kokokan sang pendekar pendekar dari kerajaan Gowa ini membuat Tintilingang tak mampu menahan diri lagi, dengan suara lantang ia pun membalas kokokan tersebut. Semua undangan kaget dan tahu bahwa tidak lama lagi pasti terjadi pertarungan duel antar jagoan ini, dan benar saja akhirnya pertarunganpun terjadi.

Alhasil jagoan kerajaan Gowapun tumbang ditangan Tintilingang dan ini membuat raja Mamuju semakin murka melihat kelakuan Tintilingang yang telah mencoreng kehormatan raja Mamuju di gelaran adat yang seharusnya penuh dengan kedamaian. Namun raja Gowa menganggap itu hal yang pantas bagi jagoannya karena telah lebih dulu memancing situasi jadi kacau balau. Raja Mamuju akhirnya menghukum Tintilingang agar tidak ikut dalam perahu dalam perjalanan pulang ke Mamuju, sebagai hukuman Tintilingang harus berjalan kaki lewat darat jika ingin kembali pulang ke Mamuju seorang diri, dan harus membawa potongan telinga setiap jagoan dari kerajaan lain untuk membuktikan kasaktian dan keberanian yang dimilikinya. Lama berselang kemudian telah tersiar kabar akhirnya sang jagoan ini telah tiba di tanah Mamuju kembali.

Dan tentunya kedatangannya juga untuk membuktikan kepada Maradika (raja) Mamuju bahwa dia telah berhasil pulang dengan membawa seuntai telinga yang telah dipotong untuk membuktikan kesaktian dan keberanian Tintilangan Sang Jawara dari tanah Mamuju tidak tertandingi siapapun saat itu. (Arman Husain2018).



Sumber : wawancara dengan beberapa garis keturunan dan informasi dari penutur yang dapat dipercaya. Kisah ini ditulis bukan maksud apapun melainkan sebagai upaya pelestarian budaya dan sejarah di Mamuju, adapun jika cerita dari versi kami ada kekeliruan mohon untuk dikoreksi. Wassalam..

Senin, 13 Agustus 2018

Pulando Ampe Karambu

Diang setto carita, dioloq itte oloq-oloq sipaccarita ki iyya. Inne carita Pulando ampe dikua Karambu. Inne Pulando itte allo sannao mariona, mudende sau domai, pokoqna itte allo Pulando mario sisiqda. Wattuna mudende uqde nakita diang bujung diolona, iyya lammemo naung Pulando, uqde mala mindaiq. Masarano nyamana, pikkirna umbatente mangkitai cara ampeq mala mendaiq suqbe jaling dibujung. Sementara itte  mampikkir liumo Karambu. Nakitamo Karambu gelle mariona. Mengkutanamo Karambu " Apakittu mupogauq Pulando ?". Nakuamo Pulando " Ee,.. kita ko deq itte langiq karambu?, melo na ropoq domai". Nakuamo Karambu " Jagai meloq  aq taku mating lea !!". Nakuamo Pulando " mala ki tapi mendaiq aq dibokoq mu ". Iyo ,.." Nakua Karambu. Naungmo kasiq Karambu apaq marakka naropoq bedeq langiq, tappa menkondongmo naung di bujung. Begitu tanda naung. Tappa mengkondongmo Pulando masiga-sigaq daiq dibokoqna Karambu, langsung kumondong dai dipontana. Tappa nakua Pulando, " Humm, kuatta kobomo  Pulando! ". Jaungmo iyya Karambu kasiq dibujung, sumangi uqde do mala mindaiq. Malaimo masiga-siga Pulando mario nyamana. Cappu carita. (A. H.2018).
Terjemahan :
Pelanduk dan Kerbau
Ada satu cerita bahwa dahulu kala binatang bisa saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Disuatu waktu ada seekor binatang Pelanduk yang saat itu sangat senang dan gembira. Dia berlarian kesana kemari. Ketika berlari kegirangan kesana kemari itu diapun tak melihat ada sumur dihadapannya, akhirnya Pelanduk pun terjatuh kedalam sumur itu dan berusaha untuk naik kembali. Tapi lubang sumur itu terlalu dalam sehingga Pelanduk tak mampu naik ke atas. Pelanduk pun berputus asa sambil berfikir bagaimana bisa cara untuk naik ke atas.
Beberapa waktu kemudian Pelanduk yang terus berfikir dan mencari akal untuk naik, lewatlah seekor Kerbau didekat sumur tempat Pelanduk terjatuh tadi. Kerbau tadi akhirnya melihat Pelanduk yang ada didalam sumur dan berkata " Apa yang sedang kau lakukan Pelanduk ? " tanya Kerbau dengan nada keheranan. Tibalah akal Pelanduk untuk memanfatkaan si Kerbau. Berkatalah si Pelanduk pada Kerbau " Hai..! Kerbau, lihatlah langit itu tak lama lagi nampak mau rubuh, turunlah kesini bersembunyi denganku". Kerbau kaget dan berkata "Bolehkah saya bersembunyi disitu denganmu?". Boleh asal aku berdiri diatas punggungmu?". "Iya boleh" kata si Kerbau. Tanpa pikir panjang si Kerbau langsung lompat turun kedalam lubang sumur tersebut, bersamaan pula si Pelanduk langsung lompat kepunggung Kerbau dan langsung melompat keatas permukaan. Saat itupula dengan senangnya si Pelanduk yang telah berhasil naik berkata " Humm, saya telah mengakalimu lagi Kerbau !", sambil tertawa senang. Tinggallah si Kerbau seorang diri didalam sumur menangisi dirinya yang terjebak dan telah diakali si Pelanduk. Pulanglah si Pelanduk secepatnya dengan hati yang senang dan riang kembali. Tamat. ( A. H.2018).

Jumat, 10 Agustus 2018

Kosang Ampeq Dakkoq

Diangmo setto wattu dikuamo Kosang (Ikan Gabus), inne Kosang mosambu-sambule siila danganganna. Tappa suqbe kale-kalemo nikua puttingbao atau ingngarang laenna nikua Dakkoq (Bangau). Tappa langsung kale do iyya napesantai natittoq. Jao kaledo iyya kabiqbiq-biqbiq kasiqna lelona. Nakuamo inne Kosang " Dako joloq mukandeaq Puttingbao " Nakuamo Puttingbao " Apaki, kua sigaq daiq Kosang, Ee he...kuandeko". Nakuamo Kosang " pakacoa tannanna talingangammu ampeq murangnggona ". Nakua Dakko alias Puttingbao "Pakasigaq mo caritamu Kosang".
Ee..e, matammu, matammu jarang mellosa, uhu uhu....,
Ee..e, tittoqmu, tittoqmu bonngang lappeq, uhu uhu...,
Ee..e, lelomu, lelomu kipas, uhu uhu...,
Ee..e, bittiqmu, bittiqmu tarungan laqlang, uhu uhu..,
Ee...e, taimu, taimu bokkong bulahang, uhu uhu
Ee..e, tememu, tememu lana masarri, uhu uhu
Ee..e, lasomu, lasomu buaro labuang, uhu uhu
Tappa medamamo Puttingbao " hahahaha.." medama sisiqda apaq marasa naranggo napuji  Kosang. Inne Kosang tappa mengkondong sigaq sau dinganganna Puttingbao. Nakuamo Kosang " Salamaq moq, dinimoq diallunna alle - alle.
Itte alle-alle jaung diallunna batang kaju kaiyyang. Uqdemo nakita naung Puttingbao alias Dakkoq. Nakuamo Puttingbao " Iyyo ko lea, tattibajomu ki bomo" saku rapiqmu."


Terjemahan :

Burung Bangau dan Ikan Gabus

Pada suatu hari, tersebutlah seekor ikan Gabus bermain- main bersama temannya disebuah rawa-rawa. Namun tiba -tiba saja seekor Burung Bangau menyambar dan menangkap Ikan tersebut dengan paruhnya, ikan itu hampir saja termakan  sehingga hanya terlihat ekornya saja yang dikibas kibaskan. Ikan Gabus berkata " Jangan dulu kau memakanku hai Bangau .. !!". Bangau itu heran dan berkata "Apa yang kau inginkan bicaralah,   kalau tidak aku akan segera memakanmu hidup hidup". Jawab Gabus "Pasanglah telingamu baik- baik wahai Bangau, supaya kamu mendengar apa yang kusampaikan dengan jelas". Bangau merasa penasaran dan mendesak Gabus untuk segera berbicara " Cepatlah berbicara ..!! ". Gabuspun lalu bersajak :
Eee, matamu, matamu seperti cermin mengkilap, uhu uhu..,
Eee, paruhmu, paruhmu setajam pisau, uhu uhu..,
Eee, sayapmu, sayapmu seperti sebuah payung, uhu uhu..,
Eee, ekormu, ekormu seperti kipas, uhu uhu..,
Eee, kakimu,kakimu seperti tangkai payung, uhu uhu..,
Eee, taimu, taimu seperti sebongkah emas, uhu uhu..,
Eee, kencingmu, kencingmu seperti minyak wangi, uhu uhu..,
Eee, penismu, penismu sebesar Buaro labuang (alat perangkap udang), uhu uhu..,
Burung Bangaupun sontak tertawa terbahak - bahak mendengar pujian Gabus, " Hahah...ahaha...haha..haha". Gabuspun meloncat dengan cepat keluar dari paruh Burung Bangau. "Ooh.. selamatlah saya ..! Kata Gabus yang sudah bersembunyi berada dibawah naungan batang pohon besar didalam rawa itu. Bangaupun merasa telah tertipu dengan nada marah ia bersungut pada ikan Gabus "Kapan - kapan lagi, kamu pasti akan berkeliaran lagi dan akan kuterkam kembali dan aku takkan tertipu lagi ".

Pappasanna Lissidimo

Diang mo setto caritana Maradika Gentungan. Diang anaqna tobaine, sukkuq malolona. Uqdemo diang tomalolo ampunna useq iyya, inggaranna Lissidimo. Diang setto wattu, allona Jumaaq (Juma'at), tappa nakuamo inne dingena Lissidimo mako dimaradika tobaine, mopasaqbi nakua "na naunggaq jolo mendius jaung dileloq apaq nakutojossi baluaqku, masaedo uqde diang kutojossi". Nakuamo Maradika tobaine " Ya naummoko, dako pasae bega mendius".


Walhasil inne dingena Lissidimo, nasalemo joaqna nababi naung dilelo Simboro. Tandaq naung, tarrus naala tojosna ampeq menbaung dileloq natojossi beluaqna. Masae natojossi beluaqna apa malangka ampeq marumbo tomoq. Inne beluaqna Lissidimo manus tandaq sau dibabana leloq.
Uqde masae tappa liu dikua Karaeng Mangente mantokong lopina. Tappa narapiq baba leloq Simboro, napembusa-busakang naung tokonna maneq nabeso daiq membaliq, tappa nakita jao ditokonna beluaq malangka. Naalamo itte beluaq, maneq nadappai. Pitu dappa, pitu singkung, pitu danga malangkana itte beluaq. Nakuamo inne dingena Karaeng Mangente mako di dangnganna "taki daiq manussur leloq, apaq inggaqna diang dibao tobaine malolo" Nakuamo dangnganna  " takimo, daiq tau siola".
Daiqmo manussur leloq. Tappana tandaq daiq, nalambiqpa inne tobaine Lissidimo mantojossi beluaqna. Inne Karaeng Mangente napangkuai dangnganna, nakua "Meloq a yakuq nakupebaine apaq sukkuq malolona, taki daiq tauq niulla disapona."
Walhasil, inne dingena Lissidimo puramo mantojossi ampeq mendius, malaimo daiq disapona. Mangullaqmo daiq Karaeng Mangente siola dangnganna. Tandaq daiq uqde tarrus mentama disapo, mangngeppe joloq disalibang, apaq tama joloq joaqna napingsanggi Maradika, nakua "diang todapaq suqbe dilauq "Nakuamo Maradika "sudui mentama disapo."
Mentamamo disapo Karaeng Mangente siola dangnganna. Suqbe tama diroang sapo, napakacoamo pencokona ampeq napasilele mako pengkitana. Napangkuaimo dangnganna, nakua laeng bomo " Inne tobaine naku pebaine siqda, uqde tauq malai daiq di Mangkasar ampunnaq uqde pura kupebaine. Nakuamo dangnganna " Ya, maccoa siqda kitte iyya."
Makomo napesuduang napengkuai inne tobaine Lissidimo. Natarimamo Maradika pesuduanna Karaeng Mangente. Natandaimo allo ka nikkannna, allona Arabaq, sampulo pataq pendaiqna karampuang, tetteq sampulo. Napajarimo ka nikkaanna anaqna Maradika Gentungan nikua Lissidimo mako ditommuane nikua Karaeng Mangente anuq suqbe di bao di Mangkasar.
Walhasil, inne puramo nikka. Nadiangmo mako seminggu purana nikka. Nakuamo Karaeng Mangente mako dibainena Lissidimo "Maccoa ai ki ampunnaq daiq tauq joloq di Mangkasar, daiq tau nipesikitai katobara-barakang". Nakuamo bainena Lissidimo " Maccoa siqda kittu iyya, nitandaimo allona Sining meangkaq tauq daiq."
Walhasil inne dingenaq nalambiqmo allona Sining. Napasirumum katobara-barakanna, ampana bija-bijanna. Suqbe nasammo mincoko. Makkana-kanamo mako diampana  bija-bijanna anuq suqbe. Nakua pappasanna " Ee, peranggoi nasang mating siolasuungkuq, Kasettona, pappasangku " Ampunnaq nisakung rombia jaling di Maladimo, kiringangngaq yaku daiq lettoqna. Kadeduana, ampunnaq nikau talloq mamuang dilauq di Gimbang, kiringangngaq daiq talloqna. Katalluna, ampunnaq diang na ala tamba dilauq di Gimbang, kiringngangaq tomo daiq bauna. Ampunnaq innr tallu pappasang uqde mupogauq, nakandeko ingkamiaq talliq taq."
Innemo pappasanna anaqna Maradika Gentungan nikua Lissidimo anuq dini di Korongana Simboro.


Kamis, 09 Agustus 2018

Topenjari Dujung

Dioloq pura domai diang carita kajarianna bau dujung, mulana carita iyamo inne;
Diang setto to mesapo, tuo sikasajangang. Allo bongi tuo masagena, maloga peninamana. Natandoi dalle puang Allah Taala, dedua anaqna. Anu kaka tobaine sakira kira pataq taung, adina sakira kira pataq karampuang.

Jamaang katuo-tuoanna muane iyyamo mangguma, moleqboq, mampambula loka, peutaang, mangkapia lettoq. Iyya mo napotuo repoq anaqna, bainena.
Jamaanna bainena mantannung polipakang, pobajuang atau mo laenna.
Setto wattu bainena aseq mantannung, tallaq mampakananang kandeangang. Suqbe mo muane na burorang meloq kumande, macaiq mo. 


Naala mo balidana bainena napembattaang aqbaqna bainena. Bakaqmo aqbaqna bainena. Mudende mo sau dileqboq, naeme aqbaqna.
Inne anaqna anuq adi sumangi meloq simusu. Nababa mo kakana sau dibiring bone ampeq makkelong naperoai indona. Nakua mo kelonna;

O indo to membaliq dujung, "..Perrambaqko domai, Pasusuanggaq adiku, Kambangdo matanna, Na anna sumangi,..."

Uqde masae suqbe mo merrambaq indona. Napasusu mo anaqna. Iyya mo itte semata napogauq kakana, nababa adina sau dibiring bone ampeq makkelong, suqbe bomo indona napasusu anaqna.

Gannaq sangkarampuang, nakua mo indona " Ee.. anaq, damoko domai lolo mubaba adimu apaq iyyakuq inne useq mo todapaq, kesissiq doq. Membaliq duyung doq anaq. Parare mo adimu ampeq uqde sumangiq lolo"...



Terjemahan :



Orang Yang Berubah Jadi Duyung

Dahulu kala hiduplah pasangan suami istri dengan kedua anaknya. Mereka hidup senang dan bahagia. Sang suami setiap harinya adalah bertani dan mencari ikan dilaut, istrinya setiap hari juga hanya menenun kain sarung dan segala sesuatunya.

Suatu ketika sang istri lagi asyiknya menenung kain, saking asyiknya ia pun lupa memasakkan makanan untuk suaminya. Ketika suaminya pulang dari melaut dan hendak mencari makan, tidak mendapati makanan didapur dan membuatnya marah, si suamipun murka dan mengambil kayu alat tenun istrinya dan memukulkannya kekepala istrinya sampai berdarah. Istrinya pun lari menuju pantai untuk membasuh lukanya dan berendam untuk mengobati lukanya.


Saat anaknya yang bungsu menangis karena ingin menyusu. Maka Sang Kakak membawanya ketepi laut sambil memanggil manggil ibunya dengan berkidung ;
Datanglah, Ibu..., Beri air susu adikku,.. Keringlah air matanya,...Karena menangis selalu,..


Tak lama kemudian muncullah ibunya kepermukaan air, lalu menyusui anaknya. Hal itulah yang terus dilakukan Sang Kakak bila adiknya menangis ingin menyusu ke ibunya.
Setelah sebulan lamanya, saat ibunya menyusukan kembali anaknya, 

Sang Ibu berkata " Janganlah pernah datang lagi kesini menemui aku dengan membawa adikmu, sebab aku bukan lagi seorang manusia, ibumu ini sudah berubah jadi seekor ikan duyung. Hiburlah adikmu selalu jika menangis agar bisa merasa tenang dan bahagia" ..(Arman Husain 2018)

Senin, 06 Agustus 2018

Kalloajaq Sibali Ulo Saba

Diang setto lappo diangmo jaling dipoong kaju kaiyyang tuo ulo saba, diangmo tomo sambadang kalloaja' menserang ampe' mentallo' jaling di robo'na itte poong kaju kaiyang .Jaung di allungna itte poong kaju diang tampo membungku-bungkung,  iyya mo naengei toiyya sambadang ulo saba kaiyyang membalongko.

Iyyanna allo bomo inne kalloaja' lumampamo mangalalle kandena. Tente toia inne ulo: allo-allo dai' di lolo kaju mangalalle tallo'na nakande. Narang narumpa' tallo'na kalloaja', nakande, napepurai, Tappana su'be kalloaja' di serangna, nakitamo pa'da pissang tallo'na. Ulo kaiyyang kaledo narumpa' jao mengkolung. Di tentenamo itte ampele' masaramo nyamana kalloaja'.

Nanama-nama mo melo' na napesirumpa'i sammuanena lapopulando', "Umbatente akkalangku' mala kupatei itte lapongulo?" Nakuamo pulando' "Ee, sammuaneku' ! Diang ittu di lau',  diangngatang bainena maradika si mata naung di lelo' modiu-diusang. Iyyanna na mendiusmo, nalosui nasang ampana care-care di kalaena' siola poreba mala'bi'na ampele' napantuung di baona care-carena, mane' naung modiu-diusang.



Ampunna' tentemo itte, penri'ba' moko mako, ampele' musangke masiga tombi mottiana. mane 'mubaba mako mulammeang di sipatunna balongkona ulo. "U'de ittu masae su'be pissangmo todapa' mallusu itte kalloaja', apa' melo' na napembalai itte tombi mottia. Nakitamo itte tombi mottia nalammeang naung di balongkona ulo. Nabongkarmo itte balongko. narumpa'mo ulo kaiyang jaling. Manassa napatei injolo' ulo. mane' mala naala tombi mottia.

Ular dan Burung Gagak

Terjemahan Bhs Indonesia :





Burung Gagak Melawan Ular Sawah

Di sebuah hutan tumbuhlah sebatang pohon besar. Di situ juga seekor burung gagak yang bersarang dan bertelur di dalam lubang pohon besar itu. Di bawah pohon kayu itu terdapat suatu busut. Tempat itu merupakan tempat ular sawa besar bersarang di dalam lubangnya.

Apabila hari sudah siang, burung gagak ini pergi mencari makan. Demikian juga si ular setiap hari naik di puncak pohon untuk mencari telur yang dapat dimakannya. Akhirnya, dia menemukan telur burung gagak itu dan memakannya sampai habis. Ketika datang di sarangnya, burung gagak itu melihat bahwa semua telurnya hilang. Dia hanya menemukan ular besar itu sedang melingkar. Susahlah hati burung gagak saat itu.

Dia merencanakan akan menemui sahabatnya, yaitu sang Pelanduk dan burung gagak itu bertanya "Bagaimana caranya sehingga saya dapat membunuh sang ular itu?" Sang pelanduk mengatakan, "Hai, sahabatku! Di sana di kampung itu ada istri raja yang selalu turun di sungai untuk mandi. Kalau mau mandi, istri raja itu menanggalkan semua pakaian di badannya dan meletakkan alat perhiasannya di atas pakaian yang ditanggalkannya, baru dia turun mandi.

Oleh karena itu, terbanglah ke sana dan sambarlah kalung mutiara itu dengan cepat kemudian bawalah dan jatuhkanlah kalung itu di atas lubang ular itu." Tidak lama kemudian semua orang datang untuk memburu burung gagak itu. Mereka mau merebut kalung mutiara itu. 

Mereka melihat burung gagak itu menjatuhkan kalung mutiara di lubang tempal ular tersebut. Mereka membongkar lubang itu dan mendapatkan ular besar itu di dalamnya. Tentulah mereka membunuh ular itu terlebih dahulu. baru mereka dapat mengambil kalung mutiara yang dijatuhkan oleh burung gagak tersebut.

Rabu, 06 Juni 2018

Hikayat Labuang Tobali


Tahun 1580 Putri Raja Badung Bali, Bersama rombongan datang dan menetap di mamuju, Setelah Pernikahannya dengan Raja Mamuju,  mereka tiba di Mamuju melalui pelabuhan yang sampai sekarang di sebut "Labuang To Bali" artinya pelabuhan orang Bali disebuah desa yang sampai saat ini disebut "Kasywa" yang diambil dari nama dewa budha Bali. Sejarah menuturkan cerita "lasaga dan keris manurung" ini berawal dari sini,  yuk ikuti ceritanya ...

“Satu ketika, datanglah bangsawan dari Bali dengan puterinya yang cantik bernama Meraarrappuang, diberitakan orang- orang  kepada Raja Mamuju. Kata Raja Mamuju, pergilah lihat dan cari akal agar ia tidak boleh pulang! Maka pergilah orang yang disuruh raja. Setiba di sana, ia mengatakan: mari kita masuk di sungai! Maka masuklah perahu bangsawan Bali itu ke Sungai Mamuju. Setelah perahu itu di sungai, pergilah raja Mamuju ke perahu bangsawan Bali itu. Setiap saat Raja Mamuju ke perahu itu, terutama di waktu malam. 

Setiap malam jugalah pengawal Raja Mamuju secara diam-diam menimbun batu dan pasir di muara sungai bersama rakyat Mamuju. Ketika bangsawan Bali itu pamit pada raja Mamuju untuk pulang ke Bali, paginya ia lihat muara sudah tertutup dengan pasir (sekarang digelar Bone Tangnga ‘Pasir Tengah’). Perahu bangsawan Bali itu tak boleh pulang, akhirnya ia tinggal di Mamuju.  Tak berapa lama, kawinlah raja Mamuju dengan putri bangsawan Bali itu, Menjelang beberapa lama sesudah menikah putri itu pun mengidam. Semasa  kehamilannya pulanglah ia ke Bali, Tak lama kemudian, Sang Putripun melahirkan anaknya laki-laki kembar dengan sebilah keris, yang diberinya nama Lasalaga.

Setelah anak itu beranjak dewasa, ayahnyapun  wafat, Atas perintah pembesar kerajaan Mamuju diutuslah beberapa orang yang cerdik pandai dari kerajaan Mamuju ke Bali untuk mengambil anak raja. Setiba di kerajaan Bali permintaan untuk membawa pulang anak raja itupun ditolak oleh raja Bali dan rencana merekapun akhirnya tidak membuahkan hasil, dengan tangan hampa pulanglah orang suruhan itu kembali ke Mamuju.  Sesampainya di Mamuju keadaan di kerajaan mamuju jadi tidak stabil, kacau dan terjadi perpecahan, paceklik melanda, ditengah kemelut dan bencana yang terjadi di kerajaan Mamuju, berkumpullah para pembesar dan saling bertukar pendapat bagaimana menyelesaikan kemelut yang terjadi dikerajaan mamuju, ini dikarenakan kosongnya tahta kerajaan yang harus segera diisi oleh pewarisnya jika hal tersebut dibiarkan berlarut- larut akan semakin membahayakan kerajaan Mamuju itu sendiri, Maka disepakatilah bahwa pewaris kerajaan harus dibawa pulang, suka tidak suka rela tidak rela harus dipaksakan apapun jalannya. Maka kembalilah orang Mamuju ke Bali untuk menjemput anak rajanya dengan membawa Sakkaq Manarang yang seorang pandai besi.  Singkat cerita hal yang sama kembali terjadi, permintaan mereka kembali tidak dituruti oleh sang putri.

akan tetapi suruhan dari kerajaan Mamuju tidak kehabisan akal, kalau tak boleh ke Mamuju tak apalah, kami hanya ingin tidur bersama dengan anak raja kami di perahu malam ini, karena besok kami sudah pulang. Sang Putripun menyanggupi permintaan meraka, setelah  anak raja itu turun ke perahu dan tertidur lelap, "Sakkaq Manarang"  diam diam mengebor/melubangi semua lambung perahu yang ada.

Tibalah waktu yang direncanakan pada dini hari, berlayarlah orang Mamuju dengan membawa anak rajanya pulang ke kerajaan Mamuju. Pengawal/prajurit kerajaan Bali berusaha mengejarnya tapi sia-sia karena perahunya semuanya bocor dan tenggelam, dan setiba di Mamuju, anak itu langsung diangkat jadi raja, Tidak lama menjadi raja Mamuju, Sang raja ini rindu akan ibu dan kembali ke kerajaan Bali untuk menjenguk sang ibu, Rasa rindunya terobati dengan bertemu lagi dengan sang ibu dan cukup lama menetap di Bali sampai sampai lupa bahwa harus kembali kekerajaannya di Mamuju.

Setiba di sini (Mamuju), ia kawin dengan sepupu sekalinya. Kerjanya di Mamuju dia menyerang kerajaan/negeri yang lain. Dikalahkannya Kuri-Kuri, dan rakyat satu daerah/kampung Kuri-Kuri jadi pengawal (joaq). Orang Alukalulah yang jadi orang Bone-Bone, orang Kuri-kuri yang jadi Kasiba. Raja Mananggalalah yang jadi Paqbicara, dialah jadi Pue Tokasiba (kasyiwa), karena dia mengikuti budaknya dari Kuri-kuri sehingga masuklah atau menjabatlah Pue Tokasiba. Puatta di Mamuju ke Kalumpang mengadakan perjanjian dan dialah yang mengalahkan Ringgi dan Bunu-Bunu. Sesuai perjanjian Kalumpang, Tanah Mamuju mulai Pembuni sampai ke ujung batas tanah Mamuju, Lalombi, dan sampai ke Lebaniq di seberang sungai Simboroq, di Siruma. Tanah Kaililah di sebelah tanah/daerah Mamuju di arah matahari terbit  sampai bertemu tanah di Kaili. Di arah matahari terbit, berbatasan dengan Luwuq.(Arman Husain)

Pua Kodo Siola Pua Kalapuaq (Cerita dalam bahasa Mamuju)

Diangmo setto wattu Pua'kodo siola Pua' kalapua' mampambula loka dipangumaanna, 
Pua'kodo      : " Taki mallamung loka lea "..nakua Pua'kodo mako di Pua' kalapua' 
Pua'kalapua : " Ude,a' melo' Pua'kodo apa' namuakkalanggia' bomo nena. 
Pua'kodo      : "Apa' u'deqi lea,damoko parakka' begako Pua'kalapua"

U'de masae sijariammo mampambula loka, Sangging manggalamo anak loka, sirambangang mampambula., Ampunna' sirumpa' bomo Pua' kodo siola Pua'kalapua' sipikutanai dobomo', tuona lokana. 
Pua'Kodo      : " Umbatente lokamu Pua'Kalapua'?,
Pua'Kalapua': " Yaq puccuq do dai', diammo daunna kukita, ya ingko.?
Pua'Kodo'     : " Tuo tuo dai pecceq bomo nasanda' sanda'i nakeke. 

Masae itte mako, kaiyyangdo lokana Pua' Kalapua', masasa'do malamo dikande., Sirumpa bomo Pua'Kodo ampeq Pua'Kalapua'
Pua'Kodo : "Manggapamo lokamu Pua'Kalapua'? 
Pua'Kalapua' : " Masasa'do kukita lokaku' Melo'do' Mangkande", 
Pua'Kodo : "Yaku'pa mantekekangko ne? 
Pua'Kalapua' : Iyo teke'mo, tapi buangangga' mai ne.!?




Ude masae nateke'do Pua'kodo lokana Pua'Kalapua',. Tanda' dai' dicoppo'na loka nasappi'mo loka anu' masasa'na, Nakande apa macinna, Inne Pua' Kalapua' simata kumora mo dai' 
Pua'Kalapua' : " Umbaki lokamu buangki mai? 

Masae mangeppe Pua'Kalapua'. 
Pua'Kodo: " Dakojolo', Nisandaqsanda'i jolo'lea.
Semata mangkandemo dibao loka masasa' Pua'Kodo, Sa'bar kalemo Pua'Kalpua manggeppei, Apa' u'de mala menteke'.,Sekalina Boromo Pua'Kodo, 
Nakua Pua'Kodo: "Pataraimo lipa'mu, Apa' nakubuangangko mating,!

Napataraimo Lipa'na Pua'Kalapua', Apa napogau Pua'kodo Natittai_i naung Lipa'na Pua'Kalapua', Sumangi'mo Pua'Kalapua'.lippu nasa'ding malai naung dilelo' nabasoi lipa'na. Sirumpa'mo Bungkang

Bungkang : " Apaki ampe' sumangiko Pua'?,Mingkutana Bungkang mako diPua'Kalapua'. Pua Kalapua' : " Nakendemo lokaku nattai_i pa tuli lipa'ku'." 
Bungkang : " Gengge si'da Pua'Kodo.! Taki dai' nakusingki butona Pua'Kodo.!

Nalambi'mo dai', dibao pa dipoong loka Pua'Kodo mangkande loka masasa', Ude masae menteke' mo dai' dipoong loka bungkang,.Nakelongangmo Pua'Kalapua' : "Teke'-teke' dai pole cikki' butona Pua'Kodo" ... "Teke'-teke' dai pole cikki' butona Pua'Kodo" ... "Teke'-teke' dai pole cikki' butona Pua'Kodo".

Pua'Kodo : " Apattu mukua Pua'Kalapua'? eppeimo lokamu.! 
Pua' Kalapua' : " Udeki diang,! Makkelong-kelong kale kia",.. "Teke'-teke' dai pole cikki' butona Pua'Kodo" ... "Teke'-teke' dai pole cikki' butona Pua'Kodo",.




Gambar. Illustrasi Kura-kura


Narapi' dai' Bungkang, Nasingki' butona Pua'Kodo,.titismo naung rarana ditampo, Napataraimo masiga Pua'Kalapua' bulo panganna_angna tua'. Ude masae mudendemo Pua' Kalapua, Liu mako diolo sapona Maradika, nakuamo Maradika, 
Maradika : "Apaittu mubawa Pua'Kalapua'? bawa de' mai.!

Nabawamo mako di sapona Maradika itte bulo.
Pua' Kalapua' : "Nasudu_a' Pua'Kodo mambalu inne induk Pue.! 

Nakua Pua'Kalapua membore -borekang, Na_allimo Maradika itte indu', 
Sekalina malai masiga-siga Pua"Kalapua'. ampe mantuttu tab'a-ta'ba'_na Pua'Kalapua' makkelong-kelong mo;
Pua'Kalapua' : "Tun..tung..tung balinana butona Pua'kodo nainung Maradika,Tun..tung..tung balinana butona Pua'kodo nainung Maradika,....Tun..tung..tung balinana butona Pua'kodo nainung Maradika,!! 
Gambar Illustrasi Monyet


Maradika: " Oooh,..peranggo_i de' apatte nakua Pua' Kalapua'?? 
Pua'Kalapua' : "Tun..tung..tung balinana butona Pua'kodo nainung Maradika,....!!
Maradika : " Ooh ..Use Inne indu' mate napissa' inne Pua' Kalapua' Nasudu bede' Pua'Kodo?! Tinro' Pua' Kalapua ampe sakkai Pua'Kodo.!!
Macai'mo Maradika, natinro' Pua'Kalapua', ude dirapi Pua'Kalapua, tapi' disakka Pua'Kodo jao dipanguma anna.
( Arman Husain 2017)



Disadur dari buku; Curicurita basa Mamuju