Mamuju Ethnic

Informasi & Literasi Budaya Mamuju

Jumat, 23 Juli 2021

Taresse Anging di Kadolang

Dahulu kala datanglah serombongan pengungsi, yang dikenal sebagai orang Passokorang, di daerah Gunung Kassaq.
Menurut cerita. Passokorang adalah nama salah satu kerajaan di tanah Bugis. Namun tempat tepatnya tidak diketahui. Raja yang memerintah di Passokorang terkenal sangat kaya raya. Raja ini membangun istana besar, serta benteng untuk menghadapi musuh-musuhnya dan mempunyai pengikut yang banyak. 

Sang raja mempunyai putra dan putri. Ada seorang putrinya yang teramat cantik dan sangat disayangi oleh raja yang bernama Taresse Anging. Kulitnya putih seperti kapas, rambutnya panjang bergelombang, bila ia minum seakan-akan kelihatan air yang mengalir di tenggorokannya.

Namun dibalik kecantikannya, terdapat kekurangan di fisiknya yaitu telapak kakinya bulat tidak datar sehingga sulit untuk berjalan. Raja memerintahkan beberapa pengawal untuk melayani sang putri bila sang putri ingin kesuatu tempat dia akan dibawa menggunakan tandu.

Suatu ketika datanglah utusan dari kerajaan sebrang untuk mengajak raja Passokorang bekerja sama. Tetapi sang raja menolak tawaran tersebut. Berkali-kali utusan raja sebrang datang mengajak kerjasama tetapi selalu ditolak oleh sang raja.

Raja sebrang marah dan mulai mengatur strategi untuk menyerang Passokorang. Kerajaan sebrang berhasil memenangkan pertempuran dan menguasai benten pertahanan kerajaan. Ibu dan saudara raja mati terbunuh. Tersisa anak raja Taresse Anging. Raja memerintahkan pengikutnya untuk meninggalkan benteng. Dalam perjalanannya dia singgah di beberapa tempat. Tetapi bila terdengar kabar Taresse Anging berada di tempat tersebut raja sebrang mengejarnya dan Taresse Anging bersama pengikutnya segera meninggalkan tempat tersebut.

Sebelum meninggalkan kerajaan raja Passokorang sudah terlebih dahulu memerintahkan kepada pengawalnya untuk membawa semua harta yang bisa dibawa, termasuk perabotan dan perhiasan emas. Menurut cerita jumlah orang yang membawa harta raja tersebut sebanyak 444 orang, ada juga yang mengatakan cuma 44 orang saja.

Berbulan bulan sang raja berjalan bersama pengikutnya. Terakhir sampailah disuatu tempat yang bernama Kurungang Bassi (sekitar kelapa tujuh, sekarang). Setelah beristirahat sebentar, mereka berangkat lagi melewati Bana Patuga di sekitar bagian selatan (kampung soqdoq, sekarang), yang mempunyai tebing batu yang curam. Karena batu batu ini licin dan susah dilewati, ada beberapa pengawal yang tergelincir jatuh kebawah dasar tebing dan mati, sehingga ditempat itu dikenal oleh masyarakat memberi nama Pellentengang Bugi, yang berarti tempat jatuhnya orang Bugis. Oleh sebab itu banyak ditemukan pecahan benda benda keramik perabotan dan perhiasan disekitar Bana Patuga daerah Soqdoq saat ini. Disinilah sang raja menetap di daerah pegunungan Kadolang bersama pengikutnya.

Suatu ketika Taresse Anging jatuh sakit dan tidak bisa terbangun dari tempat tidurnya. Sang raja menyuruh pengikutnya untuk menggali sebuah lubang yang memanjang seperti goa yang kira kira sepanjang 15 meter untuk dijadikan kuburan Taresse Anging. Didalam goa tersebut dibuat seperti ruangan untuk ditempatkan sang putri didalamnya bersama pengikutnya dan dayang dayangnya. Didalam ruangan tersebut hanya ada cahaya dari lilin yang terbuat dari kemiri dan dibuat pula sebuah ventilasi udara dari bambu besar yang telah dilubangi dari goa sampai ke luar. 


Ilustrasi gambar 


Berpesanlah raja kepada dayang dayangnya jika api lilinnya padam maka pengikutnya memukul ujung bambu sebanyak tiga kali sebagai tanda bahwa anak raja masih hidup. Setelah tujuh hari tidak lagi terdengar suara bunyi bambu dipukul maka sang raja menyatakan bahwa putrinya sudah meninggal dunia. Maka sang raja memerintahkan untuk sekalian mengubur harta bendanya bersama putrinya. 

Sampai tiba waktunya sang raja ini ketahuan oleh raja yang sudah lama memburunya, maka diseranglah tempat itu dengan segenap kekuatan kerajaan yang memusuhinya dan terjadilah peperangan yang tidak bisa dihindarkan oleh raja Passokorang dan lawannya, sampai semua pasukan dan pengikutnya dinyatakan tewas bersama rajanya tidak tersisa. 

Sampai hari ini peristiwa tersebut hanya menyisakan harta benda yang cukup banyak didaerah itu, sehingga penduduk di sekitarnya di jaman sekarang banyak menemukan benda benda harta karun perhiasan dan perabot. Nama Kadolang sebenarnya diambil dari nama sebuah pohon besar yang dulu pernah tumbuh disitu dan sudah ditebang oleh penduduknya sebuah wilayah yang bernama Kurungang Bassi. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar